Kamis, 22 Maret 2012

Akhirnya semua yang kami perjuangkan berhasil.

Pengukuhan Gelar dari Sang Maestro
di Tambak Bendo


Siapapun orangnya pasti senang dan bangga melihat semua yang diperjuangkan dalam hidupnya tercapai dan mendapat pengakuan dari orang lain, apalagi kalau pengakuan itu ikhlas keluar dari lubuk hati yang dalam, dari ahlinya sendiri. Semasa SMA dulu kami meluapkan kegembiraan kami tatkala dinyatakan lulus ujian terakhir dan mendapatkan ijazah. Pesta pora itu kami rayakan dengan berkeliling kota iring2an berkendaraan motor, tak lupa juga sambil tukar menukar baju seragam yang sudah ditanda-tangani bersama2 dengan spidol atau dengan cat semprot. Demikian pula bangganya tatkala kami bisa mengenakan baju toga dan berfoto di tengah2 keluarga kami. Semua itu adalah kenangan manis dan indah, yang takkan terlupakan sepanjang hidup kami.

Kalau di dalam dunia pendidikan formal, semua murid yang belajar dan berjuang keras, pasti akan berhasil lulus dan mendapatkan pengakuan dari institusi pendidikan itu berupa ijazah, tidaklah demikian di Mancing Kutuk Gabus. Semua pemancing tentu sudah berusaha keras untuk berhasil menguasai teknik2 dan serba-serbi tentang kutuk, sebagian besar dari kami telah membuktikan kemampuan itu dengan berbagai catatan strike yang terdata di Mancing Kutuk Gabus. Namun untuk mendapatkan pengakuan lulus dari sang Maestro " Cak Martin ", alias dedengkotnya pemancing kutuk tidaklah mudah. Berapapun monster yang sudah kami torehkan, demikian pula berapapun ekor kutuk yang sudah kami naikkan, tetap saja Cak Martin menganggap kalau kami belum lulus. " Semua kelihatan bisa, karena selalu trip di lokasi yang bagus ", demikian alasan dari sang Kakek Guru Mancing.  

Tak akan kami pungkiri, semua yang ada di tim Mancing Kutuk Gabus, belajar mancing dengan teknik casting / popping menggunakan umpan percil ini, dari Cak Dayat Kutuk, sedangkan Cak Dayat Kutuk belajar langsung dari Cak Martin, jadi boleh dibilang kalau kami adalah cucu muridnya Cak Martin. Oleh karena Cak Dayat adalah murid yang loyal kepada gurunya, akhirnya Cak Dayat pun berpendapat yang sama dengan Cak Martin, jadi kedua guru ini menganggap kami tetap saja belum bisa.

Bagi yang masih baru bergabung, semua itu bukanlah persoalan yang serius, namun bayangkan bagi yang sudah berguru dan malang melintang bertahun2, seperti Cak Dikin, Cak Harijanto, Cak Sambun, Cak Sakur, Pakipunk, dll, yang rata2 lebih dari 4 tahun casting, apalagi bagi Cak Dikin dan Cak Harijanto yang hampir tiap hari dan jarang mbolos. Andaikata belajar di dunia pendidikan formal, kedua pemancing ini pasti sudah lulus sarjana S1. 

Akhirnya penantian panjang itupun tiba, Tambak Bendo menjadi saksinya. Awalnya kami ingin menyaksikan ujian Cak Dikin oleh sang Maestro, namun karena usulan tim, Cak Harijanto dan Cik Poo diikutkan serta, jadi 3 murid lawan seorang kakek guru. 

Kang Winarto, Harijanto, Cik Poo, Cak Martin, Sodikin - trip di Tb. Bendo


Tambak Bendo dipilih karena memungkinkan keberadaan monster di sana, tambaknya luas, lebar dan panjang, dengan perairan yang dalam dan terang, sedikit ganggang jauh di tengah2nya, namun banyak rerumputan ( gelagah )  di sana sini, potensi kesulitan bagi pemancing, dan hanya pemancing yang bisa melempar jauh dan akurat saja yang memungkinkan berhasil casting di sana.

Hasilnya, 3 orang itu berhasil menaikkan total 11,5 kg kutuk, sedangkan sang kakek guru " Cak Martin " hanya 3,5 kg, akhirnya dengan senyum yang tulus dan ikhlas, Cak Martin mau mengakui dan menyatakan lulus kepada Cak Dikin, Cak Harijanto, dan Cik Poo, termasuk juga kepada rekan2 pemancing yang lain, meskipun tidak ikut diuji hari itu. Horeeeee.......!!!!

Cik Poo - Cak Harijanto - Cak Dikin

Dengan sportif dan kebesaran hatinya, Cak Martin mengadakan sedikit acara syukuran dengan mentraktir kami, makan " sego sambal (nasi sambal) " bersama di warung Cak Paidi, Lingkar Timur - Sidoarjo.


Pesta sego sambel di Warung Cak Paidi


Ada pertanyaan menggelitik dan menarik dari rekan2 tim Mancing Kutuk Gabus, yang tak pernah dijawab dan senantiasa dibelokkan pembicaraan kalau kami tanyakan langsung kepada orangnya," kalau kami semua murid2nya Cak Dayat, dan Cak Dayat itu  muridnya Cak Martin, lalu siapa gurunya Cak Martin sendiri ? ".

Karena tak pernah dijawab, akhirnya gosippun beredar dan bermacam2 dugaan muncul. Cak Pri bilang, " mungkin dia itu muridnya Semar....ha...haaa..haaa ! ". 
" Bukan Kang, ndak pernah saya baca Semar itu mancing ", kata Cik Poo.
" Siapa tahu dia belajar dari Kalap (siluman air perempuan), dia kan suka nyepi sendiri kalau popping ? ", kata Cak Dikin.
" Menurut Dayat, dia belajar dan menemukan teknik itu sendiri ", kata Cak Harijanto.
" Gak mungkin Kang, dari dulu umpan mainan kan sudah ada, mungkin dia sering kecanthol, terus kehabisan umpan, terus daripada pulang, nyari percil dan dipakai, dan ternyata bisa ", sahut Cak Pri lagi.
" Ah...nggak juga, dia itu kan suka baca komik silat, yaa mungkin saja belajar dari murid pertamanya Bu Kek Sian Su....", kata Pakipunk.
" Siapa Pak...? ", hampir berbarengan tanya.
" Bu Beng Nyaprut ! "
" Ha....haaa....haaa...haaa ", semua tertawa.


Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda di blog kami, dengan senang hati, kami mempersilahkan Anda untuk memberikan masukan, saran, dan komentar.
Salam bahagia.