Kamis, 28 Agustus 2014

Mancing bersama Cak Pri

Mancing bersama Cak Pri (Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014)

“ Can you remember, remember my name………klik! “ saya segera mematikan lagu “ Perfect Stranger “ nya Deep Purple dari HP yang sengaja saya letakkan dekat sekali dengan telinga di samping bantal. SMS ini pasti dari Cak Pri, saya yakin karena kemarin saya memintanya untuk membangunkan saya pagi-pagi, lebih awal dari kebiasaan saya sehari-hari. Pagi itu saya sudah janjian untuk mancing bersama dengan dia di Tambak Prapat,  sudah lama saya tidak mancing bareng dengan Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014 ini.


Tambak Prapat di pagi hari

“ Aku berangkat duluan Kang, ketemu di lokasi saja ya “ SMS nya kepada saya.

Saya jawab singkat,” Ok Kang, thank ! “.

Tepat jam 5.00 pagi saya berangkat dari pintu rumah, jam 5.15 saya tiba di lokasi, gelap dan dinginnya udara pagi tidak mampu menghambat perjalanan saya karena saking terbiasanya saya kelayapan pagi-pagi di tambak. Apalagi musim kemarau begini jalanan di tambak relative mudah bagi saya, lain halnya kalau  musim hujan. Dari kejauhan saya sudah melihat Cak Pri mengayun-ayunkan joran pancingnya, casting di dekat pohon menghadap ke selatan.

“ Tarik Kang ! “, sapa saya kepada Cak Pri.

“ Tarik…..ha..ha…ha ! “ balas Cak Pri ramah.

“ Dapat berapa ? “, tanya saya.

“ Itu, dapat dua, segedhe jempol…ha..ha..ha..lumayan Kang ! “, jawabnya.

Berikutnya kami berdua mancing bersama sambil ngobrol ngalor-ngidul seputar mancing, terutama tentang lomba kemarin.

Cak Pri, Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014, yang punya nama asli Supriyadi ini memang ramah, supel, dan mudah akrab dengan siapapun. Seorang yang low profile, lebih suka mengalah, bisa ngemong, dan hampir tidak pernah serius, selalu kocak dan jenaka. Itulah sebabnya dia bisa akrab dengan semua rekan di Mancing Kutuk Gabus.


Cak Pri (Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014)


“ Hadiah satu juta rupiah kemarin buat apa Kang ? “, tanya saya kepada Cak Pri.

“ Habis Kang......saya pakai tambahan buat beli freezer, saya sudah janji sama nyonyah, saya suruh doakan agar saya menang, eeeehhh…ndak tahunya bener Kang. Sudah lama dia minta saya belikan freezer untuk usaha sampingan, baru kemarin itu saya bisa,….yah…. Alhamdullillah dapat juara 1. “, jawab Cak Pri sambil cerita panjang lebar tentang keinginan isterinya untuk usaha sampingan.

“ Yah..syukurlah Kang, semuanya bisa jadi berkat, dan manfaat “, saya ikut terharu dan bersyukur dengan cerita Cak Pri.

Sebagian orang beranggapan, mancing adalah sekedar hoby, acara senang-senang untuk sekedar relaksasi dan refressing, untuk mengisi waktu luang, yang tentunya akan mengeluarkan biaya. Mancing adalah semacam acara anut grubyuk yang bisa membuat orang kecanduan, lalu berikutnya menyia-nyiakan waktu dan membikin orang jadi malas kerja. Bahkan ibu saya sendiripun pernah berkata demikian kepada saya, saat memberi nasehat kepada saya, karena tahu bahwa saya hoby berat mancing.

Untunglah yang demikian tidak terjadi di Mancing Kutuk Gabus, bahkan sebaliknya, mancing ternyata lebih dari sekedar senang-senang, dan ini telah diteladani dengan baik oleh Cak Pri, juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014.

“ Tarik Kaaaaang ! “, teriakan Cak Pri menyadarkan saya dari lamunan, suara wak wik joran kami yang sejenak tidak terdengar oleh telinga saya yang sedang larut dalam perenungan, tiba-tiba tergantikan oleh bunyi percikan air dan gejobak monster yang meronta-ronta saat fight dengan Cak Pri.

“ Uoooh…muantab kang…..muantab kaaang ! “, teriak saya berkali-kali menyemangati Cak Pri.

Seekor monster berhasil naik dengan sempurna di tangan Cak Pri, “ mantaaaaabbbbb ! “, teriaknya sambil meneteng monster tersebut di tangan kirinya.


Cak Pri strike monster, 27 Agustus 2014


“ Sampeyan memang pantas untuk juara kang….. mantab…mantab ! “, mulut ini tak sengaja terus memberi pujian kepada Cak Pri.

bersambung

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus






Senin, 25 Agustus 2014

Dokumentasi 3 (Para Juara) - Lomba Mancing Kutuk 2014

Lomba Mancing Kutuk 2014 
Dokumentasi 3 ( Para Juara )


Cak Pri, Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014
Alamat : Ds. Rangkah - Sidoarjo.
Tempat asal : Dampit - Malang - Jawa Timur


Cak Martin Bogank, Juara 2 Lomba Mancing Kutuk 2014
Alamat : Perumahan Central Alam - Sidoarjo
Tempat Asal : Surabaya - Jawa Timur


Irul, Juara 3 Lomba Mancing Kutuk 2014
Alamat : Ds. Cabean - Sidoarjo
Tempat Asal : Ds. Cabean - Sidoarjo - Jawa Timur


Budi Corong, Juara 4 Lomba Mancing Kutuk 2014
Alamat : Ds. Bulusidokare - Sidoarjo
Tempat Asal : Ds. Bulusidokare - Sidoarjo - Jawa Timur.


Cak Solikan, Juara 5 Lomba Mancing Kutuk 2014
Alamat : Ds. Lebo - Sidoarjo
Tempat Asal : Ds. Bulusidokare - Sidoarjo - Jawa Timur.


Ryan Kacong, Juara 6 Lomba Mancing Kutuk 2014
Alamat : Sekawan Anggun - Sidoarjo
Tempat Asal : Pamekasan - Madura

Seluruh pemancing di Mancing Kutuk Gabus mengucapkan selamat dan sukses kepada para juara," Anda semua memang mantaaaaaaabbbb !!! "

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus


Dokumentasi 2 - Lomba Mancing Kutuk 2014

Lomba Mancing Kutuk 2014
Dokumentasi 2

Para peserta lomba sudah hadir di lokasi sejak pagi buta


Sarapan pisang goreng, tape goreng, ote-ote, dan tahu isi yang disediakan oleh Panitia Lomba


Mempersiapkan peralatan sebelum Lomba


Cak Har membacakan ulang peraturan Lomba


Lempar sana - lempar sini, boleh berpindah-pindah tempat, yang penting tertib dan tidak saling menggangu


Irul, strike tercepat 0,35 kg, tanda-tanda bakal Juara


Strike perdana Cak Pri berat 0,95 kg, tanda-tanda bakal Juara


Nero Anz, yang penting bisa dekat dengan konsumsi, hua...ha...ha


Sodikin, gupuh kabeh gara-gara terlambat


Batas wilayah Lomba adalah tukuan, salut karena tak ada satupun peserta yang
melanggar dengan casting di sekitar tanaman, padahal di sekitar itu banyak tenggakan.

Lomba berjalan dengan tertib, santai penuh dengan canda-tawa, tetapi tetap serius.


- bersambung -


Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus

Minggu, 24 Agustus 2014

Catatan dan Dokumentasi Lomba Mancing Kutuk 2014

Lomba Mancing Kutuk 2014 (Seri 2)

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rachmat-Nya kepada kita semua, dengan terselenggarakannya Lomba Mancing Kutuk 2014 (Seri 2), Minggu 24 Agustus 2014, jam 5.00 s/d 08.00 WIBB, di Tambak Rangkah – Sidoarjo.

Dalam rangka ikut memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 69, komunitas Mancing Kutuk Gabus mengadakan lomba mancing kutuk untuk meningkatkan kemampuan teknik memancing dan mempererat kerukunan dan tali persaudaraan antar sesama pemancing.

Peraturan Lomba :
1.   Pemenang adalah ikan kutuk hasil memancing pada saat lomba, yang ditimbang berdasarkan bobot terberat.
2.      Menggunakan umpan kodok percil asli sebagai umpan.
3.      Posisi mata kail pada mulut ikan.
4.      Masing-masing peserta mengajukan 1 ikan kutuk hasil pancingannya untuk ditimbang.
5.    Peserta tidak diperkenankan membawa tas dari karung plastic (glangsing) untuk tempat ikan, disarankan membawa kepis transparan untuk tempat ikan.
6.      Ikan kutuk yang diajukan untuk ditimbang adalah menjadi milik Panitia.
7.      Keputusan Panitia tidak bisa diganggu-gugat.

Hadiah Lomba :
1.      Juara 1 = Rp.1.000.000,-
2.      Juara 2 = Rp.500.000,-
3.      Juara 3 = Rp.250.000,-
4.      Juara 4 = Rp.200.000,-
5.      Juara 5 = Rp.150.000,-
6.      Juara 6 = Rp.100.000,-

Biaya pendaftaran : Rp.10.000,-

Tempat pendaftaran : Cak Sambun – Pos Sekawan Anggun, Bumi Citra Fajar - Sidoarjo.

Daftar peserta Lomba Mancing Kutuk 2014 yang hadir pada saat Lomba :
01.  Cak Pri
02.  Anwar Kakak
03.  Harijanto
04.  Christian
05.  Teguh
06.  Irul
07.  Gus Salam
08.  Klunthing
09.  Caca
10.  Sugeng
11.  Martin Bogank
12.  Kholis
13.  Paidi
14.  Dayat Kutuk
15.  Sami’an
16.  Ryan Kacong
17.  Nero Anz
18.  Kliwon
19.  Winarto
20.  Satrio
21.  Sodikin
22.  Ibnu
23.  Budi Corong
24.  Solikan
25.  Yuwono
26.  Sutris
27.  Bang Aceh
28.  Agus
29.  Cak Bagong (Mamat)
30.  Irwanto
31.  Rochman
32.  Kowik
33.  Jempol
34.  Abid
35.  Pendik
36.  Cikut
37.  Bendol
38.  Narso Tofa
39.  Yudi
40.  Kipli
41.   Koh Hwat
42.   Asep
43.   Fariz
44.   Joko
45.   Sambun
46.   Eddi
47.   LB

Para peserta Lomba berfoto bersama sebelum Lomba


Juara Lomba Mancing Kutuk 2014 (Seri2)

Berdasarkan berat ikan yang ditimbang oleh Panitia, dengan disaksikan oleh seluruh peserta Lomba, dengan ini Panitia Lomba Mancing Kutuk 2014 memutuskan :

1.       Juara 1 : Cak Pri ( Berat Ikan : 1,75 kg )

Abah Eric menyerahkan hadiah I kepada Cak Pri (Juara 1- Lomba Mancing Kutuk 2014)


Gus Salam (Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2013) menyerahkan set alat pancing
kepada Cak Pri sebagai ucapan selamat dan sportifitas.
(Acara ini akan diagendakan pula untuk lomba-lomba berikutnya)

2.       Juara 2 : Martin Bogank ( Berat Ikan : 1,45 kg )

Abah Eric menyerahkan hadiah kepada Cak Martin Bogank (Juara 2 - Lomba Mancing Kutuk 2014)

3.       Juara 3 : Irul ( Berat Ikan : 1,37 kg )

Abah Eric menyerahkan hadiah kepada Irul (Juara 3 - Lomba Mancing Kutuk 2014)

4.       Juara 4 : Budi Corong ( Berat Ikan : 1,30 kg )

Cak Sambun menyerahkan hadiah kepada Budi Corong (Juara 4 - Lomba Mancing Kutuk 2014)

5.       Juara 5 : Solikan ( Berat Ikan : 1,27 kg )

Cak Sambun menyerahkan hadiah kepada Solikan (Juara 5 - Lomba Mancing Kutuk 2014)

6.       Juara 6 : Ryan Kacong ( Berat Ikan : 1,24 kg )

Cak Sambun menyerahkan hadiah kepada Ryan Kacong (Juara 6 - Lomba Mancing Kutuk 2014)


Ucapan terima kasih :
Atas terselenggarakannya Lomba Mancing Kutuk 2014 (Seri 2), kami semua di Mancing Kutuk Gabus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.       Abah Eric (Ery Prawardhana) – Promotor Lomba
2.       Seluruh anggota Panitia Lomba Mancing Kutuk 2014
3.       Bpk. Budi – Pemilik Tambak tempat Lomba
4.       Bpk. Doly – Pengelola / penjaga Tambak tempat Lomba
5.       Seluruh Peserta Lomba.


Para peserta yang masih tinggal seusai acara penyerahan hadiah, berfoto bersama Panitia Lomba.


Seluruh pemancing di Mancing Kutuk Gabus mengucapkan selamat dan sukses kepada para Juara Lomba Mancing Kutuk 2014, “ Anda semua memang layak menjadi juara………mantaaabbb ! “

Oleh :

Admin. Mancing Kutuk Gabus

Jumat, 22 Agustus 2014

Memprediksi Juara

Lomba Mancing Kutuk - 2014


Tidak satupun orang di Mancing Kutuk Gabus yang berani memprediksikan, siapa yang bakal tampil nanti sebagai juara pada Lomba Mancing Kutuk 2014 yang akan diselenggarakan Minggu 24 Agustus 2014 jam 5.00 pagi, dua hari lagi nanti.

Sebagian besar orang masih trauma dengan hasil lomba yang pertama tahun lalu, semua tokoh-tokoh yang dijagokan bakal tampil sebagai juara justru galau pada saat lomba, saat itu. Mereka semua harus berdiri dan angkat topi, serta bertepuk tangan kepada Gus Salam (Drs. Salam Pratiknyo), yang tampil sebagai juara I, Lomba Mancing Kutuk yang perdana, awal September tahun lalu.


Gus Salam, Juara 1 Lomba Perdana (Th.2013)

Sebagian orang lagi beralasan, bahwa semenjak lomba yang perdana dulu diadakan, para pemancing semakin serius mempelajari berbagai hal tentang mancing kutuk dengan teknik casting umpan percil. Berbagai kelompok mancing bermunculan di komunitas Mancing Kutuk Gabus, dengan frekuensi trip yang tinggi dan kontinyu, tentu kini semakin mahir dan menguasai, teknik-teknik yang selama ini dipelajari, bahkan tidak tertutup kemungkinan menemukan jurus-jurus baru yang lebih efektif dan efisien. Tentunya juga memungkinkan untuk munculnya nama-nama baru yang selama ini tidak diperhitungkan oleh pemancing-pemancing kutuk yang lain (kelompok lain), karena tidak pernah trip bersama-sama.

Abah Didik (H.Didik) pemilik tambak di daerah Rangkah bagian utara, yang juga ahli dalam hal kutuk, sekaligus simpati terhadap komunitas ini, berpendapat, “ Semua pemancing memiliki kans yang sama untuk tampil sebagai juara, kemampuan mereka sudah bisa dibilang hampir sama dan rata-rata. Ibarat mata dadu yang dilemparkan, semua angka memiliki kemungkinan statistika yang sama “.

Cak Dikin, tokoh kawakan di Mancing Kutuk Gabus mengatakan, “ Sulit untuk memprediksi siapa yang bakal tampil sebagai juara tahun ini. Semuanya sudah pada faham dan mengenal betul dengan keberadaan kutuk, sekarang tergantung dengan kesabaran, ketekunan dan ketalatenan pada saat mengerjakannya “.

Cak Martin Bogank, dedengkot Mancing Kutuk Gabus yang pagi tadi membukukan lagi strike monster 1,15 kg di Tambak Kali Kebo, berani memberikan pendapat yang agak berbeda. “ Siapa yang bisa melempar jauh dan akurat, dengan menggunakan kenur yang kuat, punya kesempatan besar untuk bisa tampil sebagai juara. Masalahnya pada saat lomba, semua monster akan menjauh ke tengah-tengah tambak karena banyaknya pemancing yang mengelilingi tambak. “

Cak Martin Bogank, strike monster 1,15 kg

Cik Poo, yang pada lomba kali ini tidak bisa ikut menjadi peserta, karena kesibukannya di Madura, kami hubungi via telpon mengatakan demikian, “ Semua yang menjadi peserta lomba tentu berharap untuk tampil sebagai juara, sekarang semuanya tergantung nasib, yang penting jangan lupa komat-kamit dulu sebelum lomba, biar tidak ditempel terus sama Mak Jemblem…huoo…ho..ho..! “.

Gus Salam, juara 1 Lomba perdana tahun lalu hanya mesam-mesem saja ketika kami tanyai tentang lomba kali ini.

“ Bagaimana Gus, yakin bisa juara lagi tahun ini ? “, kami tanya demikian.

Jawab Gus Salam, “ Ha…haa..haa.. dari dulu saya tidak pernah punya target untuk jadi juara, bisa kumpul-kumpul dalam suasana yang rukun dan damai dengan teman-teman semuanya, saya sudah sangat senang. Yang penting saya hadir, terus saya juga menjadi peserta, dan saya…..terus…ngokkk !!!! …juara …..haa..ha..haaa. ! “.

“ Ha….ha…ha..ha…..! “ semua orang tertawa.

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus


  



Selasa, 19 Agustus 2014

Lomba Mancing Kutuk -2014

Para Peserta dan menjawab pertanyaan seputar Lomba

Sampai hari ini, kurang lebih 40 pemancing yang sudah bisa dipastikan ikut partisipasi dalam Lomba Mancing Kutuk -2014, tentunya jumlah ini akan terus berkembang seiring berjalannya waktu menuju hari H. Data ini kami peroleh dari Cak Sambun, salah seorang anggota Panitia yang bertugas di bagian pendaftaran. 

Beberapa nama-nama yang sudah tak asing lagi di telinga kita, mereka yang selama ini aktif di komunitas Mancing Kutuk Gabus, antara lain: Cak Pri, Anwar Kakak, Cak Kliwon, Klunthing, Koh Hwat, Erwin Bethik, Caca, Guk Lit, dan lain-lain sudah lebih dulu mendaftar.

Selain itu juga masuk dan mendaftar, beberapa nama-nama peserta yang kelihatannya masih baru bergabung di Mancing Kutuk Gabus, antara lain : Nero Anz, Anz Seven Yunior, Saipul, Sutris, dan masih banyak lagi untuk kami sebutkan satu persatu.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu kami berikan penjelasan secara tertulis di sini mengenai hal-hal seputar Lomba, yaitu :

1.      Mengapa Panitia mengharuskan dan hanya memperbolehkan untuk menggunakan percil (anak kodok) asli, sebagai umpan pada saat lomba.

Ada dua hal mendasar yang menjadi pertimbangan Panitia ketika memutuskan peraturan lomba pada point 2, pada selebaran yang telah dibagikan oleh Panitia Lomba.

Yang pertama, Lomba yang dipromotori oleh Abah Eric (Ery Prawardhana) ini, niat tulusnya adalah demi mempererat kerukunan dan tali persaudaraan antar sesama pemancing kutuk yang ada di komunitas Mancing Kutuk Gabus, yaitu mancing kutuk dengan teknik casting menggunakan umpan percil di lokasi tambak Sidoarjo dan sekitarnya. Satu point ini seharusnya sudah bisa menjadikan kita semua maklum.

Yang kedua, adalah demi keseragaman, yaitu demi menjunjung tinggi sportivitas. Kemampuan dan teknik memancing kutuk yang telah kita semua pelajari selama ini akan dibuktikan nanti dan sekaligus kita evaluasi bersama pada saat lomba. Evaluasi dan penilaian akan sangat tidak fair dan tentunya akan sangat sulit apabila masing-masing kita menggunakan umpan yang berbeda-beda sesuai keinginan kita masing-masing. Oleh karenanya mohon maaf apabila nanti Panitia akan menerapkan sangsi berupa diskualifikasi terhadap peserta yang tetap memaksakan diri menggunakan umpan selain percil (anak kodok).



2.      Mengapa Panitia sampai saat ini tidak mengumumkan lokasi tambak tempat diadakannya Lomba.




Adalah tugas berat Panitia untuk bisa menyediakan lokasi tambak yang mampu menampung kurang lebih 70 orang pemancing kutuk (jumlah anggota Mancing Kutuk Gabus sesuai data tahun 2013) yang bisa dan boleh bergerak secara bebas untuk memilih posisi spot masing-masing pada saat lomba. Tentunya Panitia akan menyediakan lokasi tambak dengan kondisi yang memungkinkan untuk itu, dan terlebih lagi tambak tersebut benar-benar fresh, ikan-ikannya (kutuk) tidak dalam kondisi bocok (tidak mau makan karena sering dipancing), selain itu juga memungkinkan untuk naiknya ikan-ikan kutuk dengan bobot monster (lebih dari 1 kg).

Ini adalah sebuah pelayanan yang telah diusahakan dan diperjuangkan secara ekstra oleh Panitia, diberikan dan dipersembahkan secara istimewa untuk kita semua, para peserta lomba.

Oleh karenanya marilah kita dukung, kita support, kita semangati, dan kita hormati bersama-sama, hal-hal yang sudah disepakati bersama, dan diputuskan oleh Panitia, agar Lomba Mancing Kutuk-2014 ini bisa sukses dan meriah, lebih dari Lomba yang pernah diadakan sebelumnya.

Salam Strike…… Mantaaaaaaab !

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus


Jumat, 15 Agustus 2014

Fotografi Pra Lomba

Mrs. Yellow Stone

Masih ada 9 hari buat para peserta lomba untuk mempersiapkan diri, sebelum tiba hari yang dinantikan oleh semua tokoh-tokoh kutuk, yaitu pada saat nanti Abah Eric meniup peluit, Minggu 05.00 pagi 24 Agustus 2014.

Untuk saya pribadi, rasanya tidak ada yang perlu saya persiapkan terlalu khusus menghadapi lomba, karena memang set peralatan mancing saya selalu siap setiap hari untuk menghadapi monster. Yang jadi persoalan adalah bahwa akhir-akhir ini trip saya seringkali galau, jangankan monster, omset yang kecil-kecil saja susahnya minta ampun.

Pagi itu saya sengaja bangun lebih awal daripada hari-hari sebelumnya, saya mau latihan melempar umpan, saya mau mencari tenggakan, saya mau mencari pangkatan, gapuran, dll. Pokoknya saya pingin omset pagi itu, syukur-syukur apabila bisa dapat monster, seperti yang saya angan-angankan malam harinya sebelum tidur.

Saya sengaja trip sendirian pagi itu, mencari lokasi tambak yang jauh, yang mungkin tidak akan ketemu pemancing-pemancing kutuk yang lain. Tanpa ada informasi sebelumnya mengenai lokasi tersebut, saya hanya mencari lokasi secara asal-asalan, pokoknya nanti ada tambak yang kelihatannya bagus sesuai feeling saya, akan saya coba. Toh nanti pada saat lomba, kami semua juga tidak akan tahu spot-spotnya, karena lokasi lomba baru diumumkan nanti tepat pada saat lomba. Anggap saja trip saya pagi itu adalah simulasi dari lomba itu sendiri, namun bedanya kali ini saya tidak ada saingan.

Nah…saya tiba di lokasi tambak (maaf tidak saya sebut tambak mana yang saya kunjungi, jelas nanti anda semua akan meluncur ke sana…ha..ha…ha…!), lalu singkat cerita saya mencari tempat untuk menaruh pantat dan mencabut peralatan saya.

Tambak itu tidak terlalu lebar, tetapi panjangnya tidak umum, panjang sekali. Airnya kelihatan bening bagus dengan ganggang-ganggang di tengah-tengahnya yang tertata rapi sepanjang tambak tersebut, dan di tempat ganggang-ganggang itu ada kolong-kolongnya yang dibatasi dengan bambu, saya hitung kurang lebih ada 18 kolong-kolong ganggang, “ wuih…jelas kutuk thok iki ! “ pikir saya dalam hati.

Matahari mulai muncul dari ufuk timur, pagi yang tadi gelap di tambak itu mulai sedikit terang. Air tambak yang tadi sepi senyap tanpa tanda-tanda kehidupan, mulai beriak-riak dan berkecopak oleh gerakan-gerakan ikan. Ada suara batuk-batuk dari dalam gubuk, mungkin penjaganya terbangun oleh suara wak wik joran saya ketika melempar umpan.

Benar juga, beberapa saat kemudian pintu gubuk berbunyi dibuka, seorang bapak yang berperawakan kecil dan kurus keluar dari gubuk sambil batuk-batuk. Rambutnya yang sedikit dan ubanan terlihat agak mengkilap oleh sinar matahari yang mulai terbit, ingin saya memotretnya, sebuah model photo yang klasik dalam pandangan saya, tapi saya urungkan, karena beliau segera menoleh kearah saya. Berikutnya tanpa menghiraukan saya, beliau berjalan ke arah tukuan dekat pohon-pohon pisang, lalu berjongkok di atas tukuan sambil menyalakan rokok. Saya yakin dia sedang membuang sesuatu di situ.

Satu jam berlalu, tak satupun lemparan saya menghasilkan gondholan, padahal sudah lima kali saya mengganti percil karena rusak dan terlepas, “ wah… alamat galau lagi hari  ini … “, pikir saya dalam hati. Kalau simulasi tanpa pesaing saja galau, bagaimana saya nanti menghadapi lomba, rasa was-was tiba-tiba muncul di benak saya, saya mulai hanyut dalam kekhawatiran, kesedihan. Motivasi saya adalah nanti bisa tampil sebagai juara. 

Memikirkan juara, saya jadi teringat Gus Salam, “ sialan benar Gus Salam, tanpa latihan rutin, jarang-jarang trip, cuma berbekal mesam-mesem thok sambil terkekeh-kekeh,..heh..heh…heh… bisa tampil menjadi juara pada lomba tahun lalu…benar-benar sialan itu orang ! “, saya mulai mengutuki Gus Salam dalam hati.

Seekor capung kuning hinggap di pucuk joran saya, yang  terdiamkan beberapa saat, tak sengaja lupa memainkannya, saat pikiran ini hanyut memikirkan Gus Salam. Rupanya capung kuning itu sengaja menyadarkan saya dari lamunan. Begitulah pemancing, sering ngelamun kalau terlalu lama tak ada gondholan.

Joran pancing saya pegang lagi dengan sadar, reel pancing saya gulung, dan capung itupun terkejut lalu terbang, rupanya dia juga sedang melamunkan sesuatu, “ aneh capung kok juga senang berlama-lama ngelamun ? “, saya ngoceh sendirian.

Aneh lagi ketika saya selesai melempar percil,  capung itu hinggap lagi di pucuk joran saya, mungkin pucuk joran ini adalah tempat yang pas untuk melamun, untuk permenungan, seperti halnya tukuan untuk bapak tadi, seperti halnya pojok-pojok tambak untuk saya,…haa..ha…ha.

Menjumpai yang aneh-aneh membangkitkan gairah saya untuk mengambil gambar, pikiran jelek tentang Gus Salam langsung sirna, stick pancing saya taruh perlahan-lahan di tanah, capung itupun terbang lagi, untungnya hinggap mendekati saya. Kamera saya keluarkan, saya set sebentar untuk khusus memotret capung (makro).



Mrs. Yellow Stone

Lima kali saya jepret di tempat pertama, dua jepretan saya hapus karena kabur, satu lagi saya hapus karena posenya tidak saya inginkan, satu gambar (gambar di atas) saya anggap cukup memuaskan, satu lagi dengan hasil gambar yang relative sama, saya simpan untuk cadangan.

Butuh waktu agak lama bagi saya untuk memilih-milih gambar capung dari kelima jepretan tadi, maklum usia, mata ini seharusnya pakai kacamata plus 125, tapi jarang saya pakai karena Lily tidak suka saya pakai kacamata, “ kayak orang cupu….culun punya ! “ katanya, tentang saya kalau sedang memakai kaca mata.

Lily adalah putri saya yang terakhir, teringat akan Lily sambil memilih-milih gambar capung memunculkan ide untuk memberikan sebuah nama kepada capung kuning tadi. Lily memang suka memberi nama kepada hewan-hewan yang dijumpainya. Kupu-kupu yang masuk ke rumah diberinya nama Elsa. Anak kucing yang lahir di bawah mobil saya, diberinya nama Ana. Tikus yang lengket di jebakan lem di dapur, diberinya nama Vavia. Kecoak yang terlentang dan menggeliat-geliat di kamar mandi karena insektisida yang saya semprotkan , diberinya nama Kamsa, dan masih banyak lagi nama-nama hasil imajinasinya. Untuk itu capung ini saya beri nama Mrs. Yellow Stone, sesuai imajinasi saya .

Mrs. Yellow Stone selesai pada sesi pemotretan yang pertama, dan kini dia menghendaki untuk pengambilan gambar di tempat lain.


Saya senang sekali photography, saya terus mempelajari dan melakukannya, di sela-sela kegiatan mancing saya, di rumah, di tempat kerja, dan dimana-mana ketika saya ingin melakukannya. Sayangnya saya tidak bisa bercerita dan berbagi banyak hal tentang photography, tidak seperti Pak Man di Tambak Bibis, yang bisa bercerita banyak dan detail tentang kutuk dan seluk-beluk kehidupannya. Ataupun Cak Martin Bogank, yang bisa menjelaskan secara terperinci cara memainkan umpan tikus-tikusan untuk mengelabui kutuk-kutuk yang sembunyi di tempat-tempat rungsep dan belukar. Sayang pada saat lomba nanti umpan tikus-tikusan tidak diperbolehkan, semua pemancing harus menggunakan umpan percil (anak kodok) asli, tidak peduli cari percil akhir-akhir ini susahnya minta ampun.

Saya tidak bisa membayangkan nanti Sabtu malam sebelum lomba, areal persawahan seperti Durung Beduk, Beduk Dowo, Modong, Sidodadi, Grinting, dan lain-lain akan semarak dengan kerlap-kerlip lampu senter oleh para Hunter percil. “ Kayak kemamang…hua…ha…ha…ha ! “, kata Abah Eric pada saat rapat.




Mrs. Yellow Stone beranjak ke tempat lain, saya terus mengikutinya dengan kamera, seperti layaknya seorang photographer beneran, atau seorang paparazzi, “ paparazzinya kepik…hua…haa..haa ! “, Kang Win pernah mengejek saya demikian.

Kang Win adalah salah seorang anggota Mancing Kutuk Gabus yang pernah menderita stroke sampai 2 kali, Alhamdullilah mendapat mujizat dari Tuhan, dan sembuh total hingga sekarang, terus aktif bersama Mancing Kutuk Gabus. Keahliannya dibidang percetakan dan printing, menjadikan tempat bagi saya untuk meminta saran dan pendapat ketika editing photo. Beliau sudah mempersiapkan diri jauh-jauh sebelum lomba dengan mengganti line senarnya, memborong beberapa ukuran mata kail dan membersihkan serta melumasi reelnya, begitu optimis untuk bisa tampil sebagai juara atas keberuntungan. “ Yang penting partisi-sapi, eh partisi-spasi hua..ha…ha.. ! “, teriaknya sambil tertawa ngakak.




Mrs. Yellow Stone tampak begitu anggun ketika mendongakkan kepalanya sedikit ke atas, imajinasi saya berkembang, mungkin dia sedang mengatakan, “ save dragonfly, selamatkan capung ! “. Tetapi selamatkan capung dari apa, tidak ada yang pernah berslogan demikian. 

Ada begitu buanyak komunitas capung di tambak, dan itu tidak akan terusik selama tambak-tambak tersebut masih ada. Kalau di luar negeri ada slogan, “ save penguin ! “, itu lebih beralasan, karena kehidupan penguin mulai terancam oleh limbah-limbah industry yang dibuang orang  ke laut.

Rasanya juga tidak beralasan kalau ada yang mengkhawatirkan bahwa suatu saat nanti di Sidoarjo pun akan ada, “ save kutuk ! “, atau akan ada slogan, “ stop hunting percil, save frog ! “. Alasannya karena akhir-akhir ini para pemburu kodok professional mulai kesulitan untuk mendapatkan yang besar, “ bagaimana bisa besar, kalau yang kecil-kecil pada diburu ? “, katanya. Kutuk juga makin langka, buktinya harganya kini melambung karena langka, kilahnya.

Jangan khawatir kawan, selama kita tidak melakukan kegiatan eksploitasi yang sangat berlebihan dengan penuh keserakahan, dengan cara manual dan tidak menggunakan peralatan atau metode yang bisa merusak lingkungan, alam akan terus bersahabat dengan kita. Alam akan ikut berbahagia, ketika kita semua berkumpul dan berbahagia, dan kita semua tahu batasan-batasannya.

Di tambak, kutuk-kutuk itu adalah hama, dan kita semua ini hanya mencari kutuk di dalam tambak, dan itu juga hanya dengan cara mancing, bukan dengan cara paksa yang lain. Kalau mereka tidak makan umpan kita, mereka juga tidak akan kena pancing, benarkan. Toh setiap kali tambak itu juga dipanen, dan tentunya kutuk-kutuk yang ada di situ akan dibersihkan sekalian pada saat panen. Jadi kalau demikian, adakah hubungan antara kelangkaan kutuk nanti dengan Mancing Kutuk Gabus ?

Lalu tentang kemungkinan terjadinya kelangkaan percil, percil itu bisa hidup dimana-mana mereka suka, sesuai dengan  cara hidupnya, habitatnya. Cobalah mencari mereka di tempat-tempat mereka biasa ada pada musim hujan, tetapi kita mencarinya pada saat kemarau, dan tanah-tanah tempat mereka itu kering, sulit kan, dimanakah mereka ? Tetapi kembalilah mencari di sana pada saat musim hujan, dan tanah-tanah itu mulai basah berair, kenapa jadi mudah, darimanakah mereka datang ?

Selain itu kita semua ini mencari percil dengan cara tebek (tangkap dengan tangan), hanya mereka yang tampak saja yang bisa kita ambil, itupun mereka yang diam saja pada saat kita tebek, yang gesit-gesit jelas tidak akan pernah kena tebek. Apalagi mereka yang terus menerus sembunyi di tempat-tempat yang sulit, di tengah-tengah padi, tebu-tebu, semak-semak misalnya. Mereka tetap hidup dan lestari sampai sesuatu terjadi atas mereka atas ijin Yang Maha Kuasa tentunya.

“ Dapat banyak pak, kutuknya ? “, tanya Pak Mu’in (penjaga tambak) menyadarkan saya dari lamunan.
“ Ohhh…Pak Mu’in… satupun tidak pak ! “, jawab saya setengah kaget dengan keberadaan Pak Mu’in yang tiba-tiba di samping saya.
“ Masak satu saja tidak bisa dapat pak, padahal pagi tadi nenggak-nenggak segitu banyak, mungkin  karena air banger ini barangkali, mereka sudah pada kenyang dengan udang-udang yang ngantang.”, kata Pak Mu’in.

Matahari mulai naik lebih tinggi, panasnya mulai terik menyengat pipi, saya ingin segera bergegas pulang, tetapi Mrs. Yellow Stone masih menunggu saya di sekitar itu, sepertinya menunggu untuk sesi pemotretan yang terakhir hari itu. Dan saya juga menunggu Pak Mu’in segera meninggalkan saya, supaya saya bisa lebih konsentrasi dengan Mrs. Yellow Stone tanpa gangguan Pak Mu’in di samping saya.




Entah mengapa saya paling suka dengan capung sebagai model photography saya, mungkin karena sifat predatornya, seperti halnya kutuk di tambak adalah predator yang saya sukai ketika mereka menyambar umpan yang saya mainkan. Selain itu juga karena raut muka dan ekspresi wajah capung yang bisa berubah-ubah, itu tampak sangat lucu, aneh dan menakjubkan menurut pandangan saya. 

Sama lucunya dengan Cak Pri yang suka tertawa lepas dengan bibirnya yang terbuka lebar, atau Cik Poo yang suka bicara ceplas-ceplos, tertawa terpingkal-pingkal hingga perutnya ikut naik turun dan harus dia pegangi saat tertawa.

Begitu ingat mereka berdua, tak sadar pikiranpun melayang-layang ke tokoh-tokoh Mancing Kutuk Gabus yang lain, Pakipunk, Aries Kontraktor, Dayat Kutuk, dan tokoh-tokoh lainnya, yang sudah lama absen dari trip,” apakah mereka sudah mendapat khabar tentang lomba  ? “ tanya saya dalam hati.

Tak sabar rasanya untuk segera bertemu dengan mereka semua itu pada saat lomba nanti, sambil beramah-tamah dan bernostalgia, sambil bersenda-gurau dan saling nggedabrus.

Memang benar, semua pemancing itu rata-rata suka nggedabrus, itu termasuk salah satu stereotip pemancing, terutama pemancing kutuk di Mancing Kutuk Gabus. Negatif kah ?

“ Uoooohhh.. tidak, biasanya orang yang nggedabrus itu,….belater….alias ramah dan mudah akrab. “ kata Cak Dikin.

Salam strike ……..mantaaaaab !

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus