Jumat, 16 Desember 2011

Kutuk-kutuk lari ketakutan - ada apa ya....

 Duel Dua Maestro "Kutuk"
 

Apa yang terjadi jika dua maestro "kutuk" bertemu di medan poping secara kebetulan?
Sebagai penonton tentunya aku mengharapkan sebuah tayangan yang seru dan dahsyat, seperti ketika Barca menghajar Real Madrid dengan score 3-1 di TV tempo hari, atau sebuah tontonan yang lucu dan segar seperti film " SpongeBob Square Pant ", atau deg2an seperti nonton " Suster Ngesot " di hape-nya Cak Pri. Begitulah kiranya yang kuharapkan, saat melihat Cak Sodikin dan Cak Martin " Bogank " ketemuan di tambak Barangan.



tambak Barangan - Sidoarjo

Tambak dengan segudang kenangan bagi pemancing kutuk, karena segala cerita  yang beragam dari para pemancing, ada yang bilang pernah dapat kutuk 3 kg, ada yang bilang pernah dapat 5 kg, dapat ular, dapat nyambik (biawak), ada yang bilang nyamuk-e sak doro2 (burung dara-red), sampai cerita mistis ketemu gondoruwo, sundel bolong, pocongan dan lain-lain. Sayang sebentar lagi tambak ini tinggal kenangan, karena kata orang sudah dibeli " Developer ".


tambak Barangan - Sidoarjo (dari sisi lain- sebentar lagi jadi pemukiman)

Rasanya sudah tak sabar lagi menunggu apa yang akan terjadi di tengah2 areal tambak ini, namun tak lama kemudian jantung ini mau copot rasanya, ketika melihat Cak Martin dan Cak Dikin tiba2 sama2 mengeluarkan alat vitalnya, seperti anak kecil aku bengong tengok sana tengok sini bergantian membandingkan punya Cak Martin dan Cak Dikin,  aku rasa keduanya cukup berimbang. Lawan yang sepadan.



Cak Dikin & Cak Martin - saling tatap mata 

Untuk sejenak keduanya saling bertatap mata dengan tajam, tanda bahwa duel akan segera dimulai, layaknya dua orang musuh bebuyutan, keduanya sudah tak sabar lagi untuk segera memulai pertarungan.


Alat vital sudah sama2 diluar, tunggu apa lagi pikirku, Cak Martin mengeluarkan alatnya yang panjang 240 cm, dan punya Cak Dikin juga sama panjangnya, hanya beda merk dan warna, tetapi  kwalitasnya hampir setara, dan dua-duanya sama2 pernah ngangkat master. Line winder-nya pun hampir setara, sama-sama pakai 9 Ball Bearing, spool 100 mt, Cak Martin pakai Relix, Cak Dikin pakai Exori Spectra, senjata andalan masing2. Menang mana ya.......?

Seperti ada komando, secara bersamaan keduanya  sama2 mengarahkan pandangan ke hamparan air di depan, keduanya diam tak bicara apa2, hanya mata tampak tak berkedip meneliti setiap gerakan di tengah2 tambak, mencari mana ada sasaran. Aku melihat kedua2nya pun sama2 menghisap rokok dalam2, dan sama2 menyelipkannya di tengah2 jari, itupun sama2 di tangan kiri. Kok bisa sama ya ...saudara kembar kali...?



sama2 menghisap rokok di tangan kiri...kembarkah?


Hampir saja aku menjerit keras, ketika tiba2 Cak Martin mengeluarkan parang dari tas ranselnya, bahkan Ryan berkongkong sempat mau lari kalau tidak didekap Cak Pri, ketika secara bersamaan Cak Dikin juga mengeluarkan sabit dari karungnya. Ini serius berat rupanya, aku harus segera melerai mereka, daripada jatuh korban, " lho..lho..lho...lho...ojo ngono to cak... gak usah main kasar ngono to cak... sembarang iso dirembug apik2an....", kataku kepada mereka.

Eeee..ternyata keduanya hanya memakai parang dan sabit itu untuk memangkas rumput2 tinggi di depan mereka, katanya biar nyaman, supaya mereka dapat melempar umpan dengan bebas tanpa halangan. "Ooooaalllah...tak pikir mau bacok'an".

Sulit rasanya untuk menebak siapa yang akan unggul sebagai pemenang, karena kedua2 nya punya track record "mancing kutuk" yang sama2 bagus, tak sadar aku mulai membandingkan kedua tokoh ini. Kedua2 nya sama2 sering dapat master, kedua2 nya punya jam terbang yang cukup lama dalam hal "kutuk", sama2 tahu gerakan dan tingkah polah "kutuk", hanya Cak Martin punya jam terbang yang lebih lama dari Cak Dikin, tetapi Cak Dikin lebih berpengalaman dan lebih jeli  tentang gerakan "kutuk" dibanding dengan Cak Martin, itu menurut pandanganku. Apalagi untuk urusan melepas mata kail dari mulut "kutuk", tanpa alat apapun dan hanya pakai jari tangan saja, Cak Dikin hanya butuh waktu sekian detik, biarpun mata kailnya tertelan sampai kedalam perut ikan.

Perbedaan yang paling mencolok adalah tentang style / gaya mancing mereka, yang jelas bertolak belakang.  Cak Dikin punya gaya fighter sejati, lempar sana - lempar sini, pukul sana - pukul sini, yang penting omset, kecuali kalau dia lagi nggarap gapuran atau master baru netap, sedangkan Cak Martin lebih cocok kalau dibilang punya gaya ortodoks (persis orangnya yang juga ortodok), utun ulet telaten, satu titik sasaran harus sampai kena, baru pindah sasaran lagi, kalau tidak mau kena ya terpaksa hajar terus sampai siang. Aku ndak tahu mana yang benar, tapi toh kedua2nya sama2 punya penggemar dan penganut. Kalau aku sih angin2an, kadang niru gaya Cak Dikin, kadang juga suka niru2 gaya Cak Martin, kadang ya bosan sih, pinginnya punya gaya aku sendiri, tapi nggak bisa.

Tentang pemilihan tempat dan posisi mancing, kalau dicermati dengan seksama, aku melihat ada sedikit perbedaan  diantara keduanya, Cak Martin lebih suka memilih tempat duduk  atau posisi melempar yang rungsep2 (belukar) dan tersembunyi, ndak perduli itu ada duri, ular, demit , atau apa saja terserah, "gak ngreken", katanya,  mungkin biar kalau lagi pingin kencing ndak usah pindah kemana2.



Cak Martin - style /gaya ortodok - suka di tempat rungsep (rimbun - belukar)


Tentang stamina dan ketahanan tubuh terhadap panas, rasanya menurutku belum pernah ada yang bisa menandingi Cak Martin, dia bisa terus poping biarpun matahari tepat di atas kepala, sedangkan Cak Dikin alergi kalau lama memandang matahari, "bisa klemun-klemun terus nggeblak-nggeblak ", katanya.

Akurasi lemparan, Cak Martin sedikit lebih unggul, karena dia biasa dengan medan yang rimbun dan belukar, tetapi dengan gayanya yang ortodok, tentu saja frekwensi lemparannya jelas dibawah Cak Dikin, aku ndak tahu mana yang lebih benar dan menghasilkan, sebab "kutuk" memang lebih suka dan tertarik untuk mengejar sesuatu yang bergerak cepat dan zig zag di atasnya, ketimbang gerakan yang lambat dan monoton, tetapi semuanya pasti setuju bahwa sesuatu yang bergerak lambat lebih mudah disantap daripada yang bergerak cepat, ini sering menjadi perdebatan di antara pemancing "kutuk".

Aku yakin, dengan ketemunya kedua tokoh kita ini di tengah2 tambak, akan menjadi sebuah pertunjukan poping yang seru dan menarik, dramatis dan menegangkan, lucu dan segar, penuh tawa dan sorak sorai, akan ada strike habis2 an, sssssemoga........!!!

Tapi, aku takut kalau jangan2 malah sebaliknya,..... aku takut kalau.......ada dua orang ini, terus.....kutuk-kutuk pada lari ketakutan.
Kosong lagi dong......!!!


Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus