Ki Mbrontoseno dan Nyi Ngarimbi
Di tengah2 perairan tambak di daerah Kedung Peluk - Sidoarjo, tepatnya di sekitar glagah2 ombo, berdirilah kerajaan kutuk yang penuh kemakmuran, rajanya adalah monster kutuk 1,3 kg bernama Ki Mbrontoseno, yang dulunya adalah kutuk ngeluyur di tambak sebelahnya, kemudian lompat ke tambak itu, ketika tambak sebelumnya dipanen, lalu babad alas di tambak itu hingga berhasil menjadi raja. Pasangannya adalah ratu kutuk bernama Nyi Ngarimbi, dulunya kutuk ngeluyur di tambak sebelahnya juga, kemudian lompat ke tempat itu dan kawin dengan Ki Mbrontoseno. Berdua mereka membangun kerajaan itu, bersama anak2 mereka.
Nyi Ngarimbi adalah betina kutuk yang reden (gampang beranak/ bertelur), awal perkawinan mereka saja, langsung hamil dan dikaruniai 5000 ekor gapuran, sehingga Ki Mbrontoseno makin sayang dan makin cinta, sejenakpun tak betah kalau harus berjauhan dengan Nyi Ngarimbi, rasanya hari2 pengin lengket terus kayak perangko. Bahkan ketika anak2 mereka belum waktunya disapih, Nyi Ngarimbi kesundulan lagi dan hamil, kali ini lebih banyak lagi gapurannya, kurang lebih 6000 ekor gapuran. Benar2 betina idaman.
Tambak itu memang layak untuk menjadi kerajaan yang benar2 makmur dan gemah ripah loh jinawi bagi pasangan kutuk ini, pemiliknya menanam 10 rean bibit udang windu di awal pembibitan, 30 rean lagi minggu berikutnya. (1 rean = 5000 ekor). Ini belum termasuk plankton2 dan ikan2 kecil lain yang ada di perairan tambak itu.
Oleh karena banyaknya makanan lezat bergizi di kerajaan itu, ditambah lagi karena berkali2 hamil, apalagi saat hamil Nyi Ngarimbi suka nyamil, tak heran kalau tubuh Nyi Ngarimbi mekar, gembrot dan melar, melebihi tubuh Ki Mbrontoseno. Namun demikian Ki Mbrontoseno tetap saja sayang dan cinta, biarpun pemalu dan kolot, Ki Mbrontoseno adalah pecinta dan penyayang keluarga.
Begitulah keadaan mereka berdua dan anak2 mereka di kerajaan itu, mereka hidup berkelimpahan, tak pernah ada persoalan serius di tengah2 keluarga mereka, makanan beres, pakaian beres, tagihan listrik - telpon - pdam beres, spp anak2 beres juga, ndak punya utang maupun cicilan, sebab semuanya biasa beli kontan. Ndak pernah kedengaran Ki Mbrontoseno dan Nyi Ngarimbi ribut berantem karena masalah ekonomi, apalagi masalah " kil " (kutuk idaman lain), kalau toh ada eyel2an paling2 karena masalah anak. Kemesraan mereka berdua yang paling romantis, nampak jelas dan nyata dari cara panggil mereka satu sama lain, " Pak-mu " dan " Mbok-mu ", panggilan yang benar2 romantis.
Kalau sang ratu Nyi Ngarimbi tumbuh besar, mekar dan gembrot, tidaklah demikian dengan sang raja Ki Mbrontoseno, meskipun kepalanya bendhol besar, namun tubuhnya kurus memanjang. Ini tak lain adalah karena seringnya Ki Mbrontoseno berpuasa, yaitu saat sang ratu Nyi Ngarimbi lagi nggapur.
Ki Mbrontoseno adalah raja kutuk yang arif dan bijaksana, tidak kemaruk, dan tidak serakah, keamanan dan kedamaian kerajaan itulah yang diupayakannya senantiasa sehari2. Meski kini sudah jadi monster dan raja kutuk yang berkelimpahan, dia tidak lupa akan masa lalunya yang kelam, ketika masih menjadi kutuk ngeluyur ( kutuk yang mondar mandir belum punya wilayah kekuasaan ) bernama Nalongso. Sehari2 kerjanya hanya lunthang-lanthung muter tambak golek tegesan ( nyari puntung rokok ) dan seringkali harus dikejar2 kutuk lain yang sudah punya jabatan.
Satu peristiwa yang tak akan pernah dilupakannya, dan yang hingga kini menjadi pengingat agar supaya terus berhati2, waspada dan mawas diri adalah ketika dia hampir mati dicabik2 Ki Mburisrowo, yaitu ketika Ki Mbrontoseno muda alias Nalongso ini hendak mendekati Roro Cempluk di glagah2 dhuwur, di tambak sebelah, tambak tempat Ki Mbrontoseno muda dulu berada. Dengan badan yang penuh luka, Nalongso terseok2 ke sudut tambak di bawah tanaman kangkung, tersengal2 dan kehabisan nafas. Untunglah saat itu ada yuyu embes terapung di sana, ketika sudah hampir mendekati ajalnya dan putus asa, dia samar2 melihat bayangan putih bergerak di dedaunan kangkung di atas permukaan air. Dengan sisa kekuatannya, dia menenggak ke atas untuk menyambar yuyu embes itu, lalu diam dan sembunyi lagi di dasar air. Beberapa hari setelah itu, ketika tubuhnya sudah mulai sehat dan pulih kembali kekuatannya berkat telotohe (santan) yuyu embes, saat itulah dia mendengar bunyi mesin pompa diesel di tambak itu, sedikit demi sedikit air di tempat itu mulai berkurang. Itulah titik awal dari perubahan nasibnya, menuju arah kehidupannya yang berkelimpahan hingga kini, sendirian dia melompat ke daratan, merayap di rerumputan dan semak2, lalu terjun ke tambak sebelahnya tanpa diketahui siapapun.
Satu peristiwa yang tak akan pernah dilupakannya, dan yang hingga kini menjadi pengingat agar supaya terus berhati2, waspada dan mawas diri adalah ketika dia hampir mati dicabik2 Ki Mburisrowo, yaitu ketika Ki Mbrontoseno muda alias Nalongso ini hendak mendekati Roro Cempluk di glagah2 dhuwur, di tambak sebelah, tambak tempat Ki Mbrontoseno muda dulu berada. Dengan badan yang penuh luka, Nalongso terseok2 ke sudut tambak di bawah tanaman kangkung, tersengal2 dan kehabisan nafas. Untunglah saat itu ada yuyu embes terapung di sana, ketika sudah hampir mendekati ajalnya dan putus asa, dia samar2 melihat bayangan putih bergerak di dedaunan kangkung di atas permukaan air. Dengan sisa kekuatannya, dia menenggak ke atas untuk menyambar yuyu embes itu, lalu diam dan sembunyi lagi di dasar air. Beberapa hari setelah itu, ketika tubuhnya sudah mulai sehat dan pulih kembali kekuatannya berkat telotohe (santan) yuyu embes, saat itulah dia mendengar bunyi mesin pompa diesel di tambak itu, sedikit demi sedikit air di tempat itu mulai berkurang. Itulah titik awal dari perubahan nasibnya, menuju arah kehidupannya yang berkelimpahan hingga kini, sendirian dia melompat ke daratan, merayap di rerumputan dan semak2, lalu terjun ke tambak sebelahnya tanpa diketahui siapapun.
Tiga hari kemudian, di pertengahan malam, dia mendengar bunyi tenggakan keras di dekat pintu air. Awalnya dia masih takut dan ragu2 untuk mendekat, namun karena penasaran, akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetahui siapa yang ada di sana. Ternyata Roro Cempluk sedang mencari makan di sana, udang2 kecil yang naik ke permukaan air oleh karena suhu air yang makin dingin di malam hari, dimanfaatkan Roro Cempluk untuk mengisi dan memperbesar perutnya. Sekali ketemu mereka langsung jadian dan sepakat untuk hidup bersama dan membina keluarga kutuk yang sakinah. Mereka mendirikan kerajaan kutuk Negeri Glagah Ombo, dan mengganti nama mereka dengan gelar raja2 kutuk zaman dahulu yaitu Ki Mbrontoseno dan Nyi Ngarimbi.
Begitulah awal berdirinya kerajaan kutuk di tambak itu, kerajaan kutuk yang aman, tenteram, gemah ripah loh jinawi, banyak makanan untuk berbagi, demikian pula banyak tempat untuk dihuni. Sesama kutuk tak perlu ada keributan untuk urusan wilayah, makanan, bahkan urusan cari pasangan, sebab di sinilah surganya kutuk2.
Suatu ketika pernah ada dua monster kutuk lompat ke tempat itu dari tambak lain, namanya Ki Ndursosono yaitu monster kutuk 1,0 kg dan Ki Nduryudono alias Mbanaspati, monster kutuk 1,1 kg. Ki Ndursosono terkenal sebagai onthang2 nya kutuk tambak sebelah di wilayah pojok barat, sedangkan Ki Nduryudono biasa bikin onar di tambak sebelah di wilayah pojok timur. Kedua monster ini hendak mendekati Nyi Ngarimbi dan sekaligus mengambil alih wilayah kekuasaan Ki Mbrontoseno dengan cara kasar. Berkali2 mereka berdua menakut-nakuti dan mengancam kutuk2 muda anak2 Ki Mbrontoseno, bahkan Pangeran Mbuthakngero , putra mahkota Ki Mbrontoseno sampai terbirit2 oleh tenggakan mereka. Akhirnya Ki Mbrontoseno pun terpaksa harus turun tangan untuk menangani mereka berdua, namun tetap dengan caranya yang hati2, arif dan bijaksana.
" Wahai saudara2ku Ki Ndursosono dan Ki Nduryudono, sudah lama kami mendengar tentang reputasi anda berdua di tambak sebelah, dan tentu saja kami sangat kagum dan menghargai anda berdua. Negeri saudaramu yang lemah lembut, pecinta damai dan bersahabat ini memang makmur dan berkelimpahan dengan makanan, tentu selalu terbuka untuk saudara2 ku yang terkenal dan terhormat, hanya saja janganlah membikin onar dan keributan. Agar jangan panjang lebar dan membuang waktu saudara2ku yang berharga, baiklah kami ingin bertanya terus terang apa gerangan tujuan saudara2 berdua datang ke kerajaan kami ? ", tanya Ki Mbrontoseno santun kepada kedua lampoar kutuk tersebut.
" Hooo...haaa !!! Dengkul atos konyos2, ndasmu buthak amin2 jabang bayi lanang wedok banci...ndak usah banyak cing cong, aku mau Nyi Ngarimbi untuk jadi " Mbok-ne " anak2 ku dan anak2nya jadi makananku, lalu kamu pergi dari sini sebab tempat ini akan jadi wilayahku ! ", jawab Ki Ndursosono dengan kasar. Ki Ndursosono memang ahli mengumpat dan menyumpah serapah, ilmu itu turunan dari kedua orang-tuanya.
" Yesss.... me too !!! ", jawab pula Ki Nduryudono sambil menjulur2kan lidahnya yang tindikan renteng 3.
" Saudara2ku, kalian berdua sama2 menginginkan Nyi Ngarimbi dan anak2nya, demikian pula permadani ganggang istanaku, dan tidak menginginkan keberadaanku. Okey....tentukanlah dulu siapa yang berhak maju duluan untuk mendapatkan Nyi Ngarimbi, biarlah aku menunggu di sini untuk melihat dan menjadi hakim, barangkali ada yang main curang. ", jawab Ki Mbrontoseno tenang tanpa emosi.
Berikutnya, tanpa dikomando kedua kutuk lampoar itu langsung saling terjang, saling kabluk dan cokot2an, bumi gonjang ganjing langit kelop2, air dan ganggang yang tertata rapi semburat ke mana2, ikan2 dan hewan2 kecil pada lari ketakutan mendengar pertarungan dahsyat kedua monster tersebut.
Akhirnya Ki Nduryudono mati lemas dengan badan penuh luka dan berdarah2, Ki Ndursosono menang tapi beberapa giginya tanggal, perutnya robek berdarah demikian pula siripnya lunglai patah tulang, nafasnya memburu dan tersengal2.
Akhirnya Ki Nduryudono mati lemas dengan badan penuh luka dan berdarah2, Ki Ndursosono menang tapi beberapa giginya tanggal, perutnya robek berdarah demikian pula siripnya lunglai patah tulang, nafasnya memburu dan tersengal2.
Perlahan2 Ki Mbrontoseno mendekati Ki Ndursosono dengan penuh keraguan, dan hati was2, dia mengamat-amati dahulu lawannya jangan2 masih kuat dan tiba2 menyerang, lalu berkata, " Bagaimana Ki, masihkah menginginkan saudaramu ini pergi dari sini, apakah tidak lebih baik kalau Ki tinggal saja di sini sebagai dua sahabat, pilihlah tempat yang baik menurut Ki dan kita bisa bertetangga ? ".
" Ndak usah..!!! Bathang klenger wae kok dijadikan tetangga....jebruaaakkkkk !!! ", tiba2 Nyi Ngarimbi muncul dari balik semak2 ganggang dan langsung melabrak Ki Ndursosono, dengan sekali tenggakan, Ki Ndursosono langsung mekungkung mati di tengah2 ganggang.
Demikianlah negeri itu aman tenteram tanpa gangguan siapapun, anak2 mereka bisa tumbuh gemuk2 dan besar2, rata2 setengah kiloan, sampai tim Mancing Kutuk Gabus menemukan kerajaan mereka.
Hari itu Minggu, 27 Mei 2012, tim Mancing Kutuk Gabus antara lain yaitu ; Harijanto, Christian, Cik Poo, Sodikin dan Aries Kontraktor, tanpa sengaja menemukan lokasi itu, tempat kerajaan kutuk tersebut berada.
Saat itu Nyi Ngarimbi sedang nggapur lagi, berdua dengan Ki Mbrontoseno, menjagai anak2 mereka. Mereka berdua tak sadar kalau anak2 mereka lainnya, dewasa yang setengah kiloan itu pindah ke tempat ikannya Christian dan kawan2. Dari pagi sampai siang hari dan panas terik, anak2 setengah kiloannya Ki Mbrontoseno dan Nyi Ngarimbi terus pesta pora percil / anak kodok dan masuk ke dalam kepis ( tempat ikan ).
Christian dan 5,5 kg kutuk perolehannya |
Hari itu tim Mancing Kutuk Gabus kewalahan menaikkan kutuk, lempar ngawur sembarang tempat nggondhol, " Cak Kin, ini tambak udang apa tambak kutuk..huuoo..hoo..ho ? ", tanya Cik Poo kepada Sodikin, dengan ketawa khas Cah Bojonegoro.
" Iki ngono markas kutuk Cik Poo...! ", jawab Sodikin.
" Pemiliknya tadi cerita, kalau panen kemarin cuma dapat 25 kg udang, padahal nyebar bibit kurang lebih 50 rean. ", timpal Aries Kontraktor.
Kira2 jam 11.00 siang kami mendengar suara Ki Mbrontoseno teriak2 mencari Nyi Ngarimbi, " Mbok-muuu.....Mbok-muuu.... kamu di mana ? ". Suara itu serak dan parau, jelas pemiliknya pasti perokok berat.
" Mbok-muu...Mbok-muuu.....kamu di mana...iki lo anakmu ngompol...salinono dik....cepetan selak nangis looo..! ", teriak Ki Mbrontoseno sambil ngelathup dan ngebal kesana kemari, di tengah2 air, depan tempat kami memilih posisi untuk casting.
" Pak-mu...Pak-mu...aku di sini....aku masih capek dan mau istirahat dulu di sini ....tolong gantian jagain anak2 yooo....awas lo, jangan ditinggal jauh2....kemarin itu Lambenyodot anaknya ular air tetangga kita, mau njiwit pupune Pipit, awas lo kalau dia mau dekat2 lagi dengan Pipit,...sing ngompol tolong sampeyan ganti popoknya,....terus sampeyan ojo ngrokok terus ...nanti batukmu ndak sembuh2....oh yaa, jangan lupa kalau sudah jamnya makan, jangan telat makan, nanti maag-mu kambuh lagi,.... lagian jangan sembarangan makan,...hati2 ya...barangkali nanti Ciput anaknya Ki Bangkak berenang dekat anak2 kita biarkan saja,...jangan dicaplok lho,...lebih baik cari makan di bawah saja,...yo Pak-mu yooo ! ", jawab Nyi Ngarimbi nyerocos panjang lebar. Selain gembrot, Nyi Ngarimbi memang ratu kutuk yang kethus dan cerewet, namun baik hati dan dermawan.
" Iyaa..yaa, tapi kamu itu di manaaa....., kok tiba2 pergi begitu saja, ndak pamitan duluuuu... ? ", teriak Ki Mbrontoseno, sambil terus ngebal kesana kemari mencari.
" Aku di sini Pak-mu, ...di kepisnya Cak Hari ", jawab Nyi Ngarimbi lirih pelan.
" Lhoo..kok bisaaaa ? ", tanya Ki Mbrontoseno heran dan setengah tak percaya.
" Iya, tadi itu aku lihat Ciput melayang2 dekat anak2, terus aku caplok, eee...ndak tahunya...", Nyi Ngarimbi tidak sanggup meneruskan ceritanya, hatinya mulai trenyuh sedih dan khawatir harus berpisah dari suami dan anak2nya.
Itulah hari terakhir kebersamaan raja dan ratu kutuk Negeri Glagah Ombo, setelah sekian lama mereka hidup bersama2 membangun kerajaan kutuk yang meskipun belum adil, tetapi penuh dengan kemakmuran. Ki Mbrontoseno tetap di tambak itu, hidup sembunyi di bawah semak2 ganggang, menjagai anak2nya, sedangkan Nyi Ngarimbi dibawa Cak Harijanto pulang, tetap di dalam kepis (tempat ikan terbuat dari waring), selanjutnya dikirim ke Cak Surip (juragan kutuk di Desa Gebang).
" Iyaa..yaa, tapi kamu itu di manaaa....., kok tiba2 pergi begitu saja, ndak pamitan duluuuu... ? ", teriak Ki Mbrontoseno, sambil terus ngebal kesana kemari mencari.
" Aku di sini Pak-mu, ...di kepisnya Cak Hari ", jawab Nyi Ngarimbi lirih pelan.
" Lhoo..kok bisaaaa ? ", tanya Ki Mbrontoseno heran dan setengah tak percaya.
" Iya, tadi itu aku lihat Ciput melayang2 dekat anak2, terus aku caplok, eee...ndak tahunya...", Nyi Ngarimbi tidak sanggup meneruskan ceritanya, hatinya mulai trenyuh sedih dan khawatir harus berpisah dari suami dan anak2nya.
Cak Harijanto dan Nyi Ngarimbi (monster kutuk 1,5 kg) |
Itulah hari terakhir kebersamaan raja dan ratu kutuk Negeri Glagah Ombo, setelah sekian lama mereka hidup bersama2 membangun kerajaan kutuk yang meskipun belum adil, tetapi penuh dengan kemakmuran. Ki Mbrontoseno tetap di tambak itu, hidup sembunyi di bawah semak2 ganggang, menjagai anak2nya, sedangkan Nyi Ngarimbi dibawa Cak Harijanto pulang, tetap di dalam kepis (tempat ikan terbuat dari waring), selanjutnya dikirim ke Cak Surip (juragan kutuk di Desa Gebang).
Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus
hehehe...dongeng kerajaan yg indah...
BalasHapuspak Admin, saya pengen melu mancing kutuk'e, boleh gak...
...matur nuwuuun...
Silahkan Bapak Wisnu, langsung saja trip ke lokasi tambak wilayah Sidoarjo, niscaya akan saling ketemu.....matur nuwuuun.
Hapus