Kronologi " Kutuk 1,2 kg "
Oleh : Sodikin
Atas restu Tuhan YME, dan dorongan teman2, terutama komandan blog akhirnya saya ceritakan melalui tulisan ini, cerita tentang strike kutuk 1,2 kg ( Selasa 15-11-2011 ), saya tulis dengan bahasa saya.
Sebenarnya saya malu untuk bercerita di sini, karena yang naik kemarin cuma 1,2 kg, itu masih jauh dibanding dengan tangkapan saya pertengahan Mei 2011 tempo hari, yaitu Ikan Lele dengan berat 5,5 kg di Tambak Kedung Peluk, sayang waktu itu komandan blog lagi nggak bawa kamera. Tetapi menanggapi alasan saya ini, Mas Wahyu-klunthing bilang, " Ahhh...... itu kan duluuu......ini lain Bang ! ".
Mas Hwat juga ikut menimpali, " ...not game fish...Cak Kin....ini kan Club Mancing Kutuk...".
Terus, saya beralasan lagi, kalau ini masih berat tangkapan saya awal Oktober kemarin, waktu itu naik 2,3 kg, malahan waktu itu Mas Wahyu-klunthing sendiri juga naikkan 2,1 kg. Tetapi atas desakan teman2 dan komandan blog, akhirnya saya harus menceritakan semuanya di sini, mudah2an tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan bisa menyenangkan hati kita semua, amin.
Pagi itu kita berangkat rame2 kalau tidak salah 8 orang, jam 4.00 pagi, dengan canda tawa yang khas kelompok kita, meskipun sebenarnya kondisi badan saya kurang fit, karena kurang tidur dan kecapekan, itupun jam 2.00 pagi kita baru pulang dari "hunting percil" di daerah Modong. Adalah pagi yang sangat menyenangkan sebenarnya, karena kita berangkatnya bisa rame2, dengan udara yang dingin dan sejuk, lokasi tambak yang indah dan menyenangkan, melewati areal persawahan yang hijau menguning dengan pepohonan yang tertata rapi di pinggiran jalannya, kicauan burung yang bersahut-sahutan sepertinya mengiringi perjalanan kita. Sesekali ada ketawa yang keras dari teman2, saat ada gurauan yang pas dan mengena, seperti sekelompok pemuda, atau lebih tepat lagi anak-anak yang bebas dan merdeka, tak menghiraukan waktu yang masih pagi dan yang seharusnya hening tenang, tak menghiraukan usia yang sudah bapak2 dan rambut yang sudah ubanan, bahkan sepertinya tak menghiraukan beratnya situasi ekonomi dan tuntutan kebutuhan yang terus meningkat. Saya (Sodikin-klunthing), Mas Wahyu-klunthing, Cak Pri, Pak Harijantopuyeh, Mas Sambun, Mas Hwat, Mas Ryan-berkongkong, Pak Slamet-CikPoo, dan komandan blog Pak Ipunk, adalah anak-anak tersebut.
Saya makin bersemangat dan berbinar2 saat tiba di lokasi tambak tempat sasaran mancing/poping, selain karena lokasinya yang masih fresh dan belum terjamah, tambak yang bersih dan terawat, sejuk dan teduh karena pepohonan yang ditanam dipinggir tambak, bisa jadi tempat yang nyaman untuk berteduh kalau matahari sudah naik dan waktu siang. Tambah lagi bunyi tenggakan kutuk yang hingar bingar di sana sini, bahkan ada yang sampai lompat ke parit2 tambak, " wuiiiihhhh.....gilaaa!!! " kata CikPoo. "Guendheng....kutuk ta iki ...kok koyo dawet..." kata Pak Ipunk.
Setelah bersalam2an dengan Pak Timan penjaga tambak untuk mohon ijin mancing, lalu sarapan goreng2an dan minum kopi panas bawaan rutin Mas Wahyu-klunthing, kita berpencar ke tempat yang dipilih masing2.
Seperti biasa, saya selalu dikinthili Ryan-berkongkong, saya pilih tempat yang agak mojok di sebelah utara gubuk, karena sebelumnya saya lihat ada tenggakan kutuk yang besar. " Itu kutuk harus kena...! ", kata saya dalam hati. Apalagi tadi Pak Ipunk bawa kamera, ini bisa menjadi momen tersendiri sehingga memompa optimisme saya 2 kali lipat.
Waktu bergulir, dan saya dengar teman2 sudah pada strike dan naikkan kutuk berkali2, bergantian sana sini, sebentar Pak Harijanto strike, lalu Mas Wahyu-klunthing, lalu Pak Ipunk, Cik Poo, Mas Sambun, dan semuanya terus bergantian.....kalau gak kuat mental telinga jadi panas dengar sana sini strike...apalagi kalau dengar CikPoo setiap kali strike selalu ," Huuooo..ho..hoo...hoo...! " tambah lagi kalau dengar Mas Wahyu-klunthing ," Soon... jalak uret sooon...nggondholaa soon...?" yang gak kuat mental, masang umpan saja bisa nggeregeli-gemeterr dan salah2. Oooohalah.....Gusti kang murbeing jagad, aku baru dapat 3 ekor, tapi memang agak besar-besar, kurang lebih setengah kiloan perekor.
Aku harus memompa optimisme lagi, bahkan 3 kali lipat, karena targetku tadi sampai matahari sudah naik belum juga mau makan, bahkan seolah-olah tak bereaksi apa2 oleh umpan yang kulempar ke tempatnya nenggak tadi. Aku sadar bahwa berburu ikan besar memang, " tidak gampang saudara....", seperti biasa kukatakan setiap kali poping. Karena ikan kutuk adalah predator dengan semua sifatnya, predator selalu menguasai wilayah untuk mencari makannya, dan tidak mau ada predator lain di dekatnya atau di sekitarnya. Lagipula ikan kutuk itu kanibal, jangankan ikan lain, temannya sendiri yang lebih kecil dicaplok, kodok dicaplok, tikus dicaplok, burung ya dicaplok, ular kecil ya dicaplok, pokoknya segala yang hidup dan bergerak di atasnya kalau kuntal (ukurannya sesuai dan pas dimulutnya) ya dicaplok, kecuali gajah dan kuda nil...ha...ha...ha...
Jadi karena sasaran yang kulempar umpan itu kutuk besar, maka di sekitar situ jarang ada kutuk2 lain berkeliaran di situ, kalau toh ada ukurannya diatas rata2, makanya saya jarang strike, tapi setiap kali stike, ikannya ya lumayan besar. Begitulah saudara-saudara, sampai jam 8.00 pagi aku cuma dapat 5 ekor, sedangkan teman2 yang lain pada panen kutuk, Cik Poo yang biasanya suka keliling meteri tambak saja dapat buanyak juga.
Saat optimisme yang saya bangun sudah mulai goyah, panas matahari mulai terasa menyengat di pipi, beberapa orang sudah mulai berteduh dan berkemas2 peralatan, dan mulut ini sudah puluhan kali komatkamit baca doa....tepat pukul 8.35 pagi, saat burung2 bubut berbunyi tanda air pasang, terjadilah peristiwa itu, disertai bunyi yang dahsyat," BRRUUUUAAAAASSSSS....!!!!! ".
Air di sekitar tempat itu berombak dan berbuih-buih, ada ngeremes2 di sekitarnya, mungkin ikan2 lain pada pergi ketakutan, atau kaget karenanya. Kali ini saya harus komatkamit lagi, mempersiapkan mental dan konsentrasi, menarik nafas dalam2 sambil mengatur iramanya, untuk menahan detak jantung yang berdebar2. Meskipun ini sudah yang kesekian kalinya bagi saya sebagai pemancing, tapi tetap saja jantung ini berdebar2 dan nafas terasa agak sesak. Saya sudah tak menghiraukan lagi orang2 di sekitar saya, ketika Pak Ipunk mendekat menyorotkan kamera digitalnya, ketika orang2 berteriak2," Sambiit....sambiit....!" ada yang," Bacook....bacok Cak Kin... kesueeennn..!" ada pula yang,": Ojo diculno looo...ojo diculno looo!!", semuanya tidak saya hiraukan, saya hanya konsentrasi pada pucukan joran dan line/senar mulai dari kolong pucuk joran terus membentang agak lengkung sampai masuk ke permukaan air, hanya itu yang saya lihat.
Selang beberapa saat kemudian, senar saya bergerak perlahan2 lurus ke depan, orang2 pada diam melihat saya, dan pada saat yang sudah saya perhitungkan dan saya yakini dalam hati, saya hanya menarik sedikit joran saya ke belakang, dengan sedikit sekali tenaga sesuai perhitungan, tangan saya menggenggam joran lebih erat lagi, dan hasilnya," GEEJOOBAAGGGGG....!!!! " dan sejurus kemudian terasa tarikan yang berat di tangan saya, del....del....del....del
Itulah momen yang ditunggu2 setiap pemancing, momen memuaskan yang sangat puncak, yang membuat orang jadi lupa segalanya, yang membuat orang terus ingat, terbayang2 dan menjadi mimpi yang indah, yang menjadikan orang mau2 saja saat diajak dan tak kuasa menolak, lupa waktu, lupa makan, lupa diri, lupa ingatan. Orang2 menyebutnya, orgasme mancing, tetapi demi menghormati isteri, saya hanya menyebutnya,
"CITA RASA SEBUAH GONDHOLAN"
Sekian.
Haa..ha...haa...mana lebih enak dibanding dengan "cita rasa semangkok mie dugdug" ?
BalasHapusPaaraaahh....Om
BalasHapusedun euy !!!
BalasHapus