Tampilkan postingan dengan label Spirit & Motivation. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Spirit & Motivation. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Januari 2016

Trip minggu kedua th.2016 - Mulai asyik

Mulai asyik

Mulai asyik.

Setelah sekian kali mencoba eksplorasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dan hasilnya, “ cuman gitu-gitu doank “ kali ini Mancing Kutuk Gabus mulai menemukan titik terang, semua peserta yang ikut dalam trip kali ini, Minggu 10 Januari 2016, boleh tertawa lepas, semuanya berhasil hook up dan tidak ada satupun yang galau. Meskipun ukurannya masih brosok (kecil dan sedang), tetapi karena frekwensi gondholannya rapat dan bertubi-tubi, itu sudah lebih dari cukup untuk merangsang adrenalin, membuat kita semua “ketawa-ketiwi” berkali-kali.


Abah Eric, Anwar Kakak, Cik Poo dan Pakipunk di Tambak Glagah Ombo


“ Huuooo ho…ho…huoo…ho..ho ! “ entah berapa kali suara ketawa keras dan khas ini berkumandang dari bawah pohon Sono, di pinggiran tambak sebelah barat. Semuanya tentu hafal dengan suara ketawa yang satu ini, membuat jari-jemari seakan tremor dan nggeregeli, lemparan jadi kacau balau tak terarah, bail arm beberapa kali nggeplak, percil lepas sia-sia, dan memasang percil pun jadi gemetaran dan berkali-kali lepas.

“ Selamat pagi Cik Poooooo…….! “, teriak Anwar Kakak dengan iramanya yang khas juga, dari sebelah timur, saya yakin itu untuk mengendorkan urat syaraf, biar tidak terpengaruh dan ikutan tremor.

Begitulah mancing bersama, meskipun sudah punya jam terbang tinggi, tetapi kalau sudah ketemu dengan lokasi yang fresh dan “muantab”, syndrome itu akan selalu ada.

Ini adalah signal yang baik untuk trip-trip berikutnya di awal th.2016. Besar kemungkinan bahwa di sekitar lokasi tambak ini (Tambak glagah ombo – Kedung Peluk) penyebaran ikan gabus / kutuk mulai ada dan merata.

Mancing Kutuk Gabus di Tambak Glagah Ombo - Kedung Peluk


“ Dua bulan lagi kita ke sini muantab Pak ! “, kata Pakipunk.

“ Waduh kelamaan itu Pak, Minggu depan saja ya….! “, jawab Abah Eric.

“ Aku ikut ....aku ikut…aku ikut…huoo..ho..ho..ho ! “, kata Cik Poo.

-bersambung-

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus


Senin, 24 November 2014

Fotografi Macro - Kumbang Daun Kuning Emas

Kumbang Daun Kuning Emas
Golden leaf beetle (Podontia lutea, Chrysomelidae)

Indonesia adalah negeri yang indah, alamnya subur, kaya dan makmur, “ tongkat kayu dan batu jadi tanaman…..”, kata syair lagunya Band legendaries Koes Plus.

Syair lagu ini telah dibuktikan berkali-kali oleh para petani tambak di Sidoarjo, selain menebar benih ikan dan udang di tambak, mereka juga biasa memanfaatkan parit-parit (galengan / pinggiran tambak) yang lebarnya tak seberapa itu menjadi kebun-kebun sayur atau buah-buahan, yang hasilnya cukup lumayan. Selain hasilnya lumayan, pemanfaatan lahan-lahan kecil di pinggiran tambak tersebut juga memperindah lingkungan di sekitar tambak, tambak kelihatan lebih asri ketika parit-parit tersebut hijau dengan berbagai macam tanaman.

Dari jauh tampak indah, dari dekat justru lebih indah lagi, ada warna-warni bunga sayuran yang mekar, dan berbagai macam kupu-kupu, lebah, kumbang, capung, dan serangga-seranga lain terbang dan hinggap di sana-sini, oohhh…Tuhan, betapa indahnya semua ciptaan-Mu.

Aku membungkukan badan untuk melihat lebih dekat, warna kuning keemasan di pucuk daun hijau, menarik perhatianku untuk melihat lebih jelas, “ yaa… Tuhan…lucunya ! “.


Golden leaf beetle in the special moment

Kumbang daun kuning emas, Golden leaf beetle (Podontia lutea, Chrysomelidae) sedang menikmati indahnya alam semesta, matahari pagi dan warna kuning bunga melon yang mekar di sana-sini, seolah-olah menjadi pencahaya dan pemantul cahaya alami untuk photography.


Golden leaf beetle in the special moment photo 2

Golden leaf beetle, beberapa sumber menyebutkan bahwa kumbang kuning ini berasal dari negeri China, tetapi para petani di tambak mengatakan bahwa kumbang daun ini sudah dari dulu ada di sekitaran tambak di daerah Sidoarjo, terutama di tambak-tambak yang parit-paritnya ditanami semangka, melon, timun emas, blewah, dan sayur-sayuran hijau yang lain. 


Golden leaf beetle in the special moment photo 3

Golden leaf beetle, aku tahu nama ini dari seorang teman di Google+, Valerie J, ketika aku mengupload photo serangga ini beberapa waktu yang lalu di Google+. Itulah salah satu manfaat berteman di Google+, sembari kita berbagi, lebih dari itu kita sesungguhnya lebih banyak mendapatkan pengetahuan dan hal-hal baru yang selama ini belum kita ketahui.


Golden leaf beetle in the special moment photo 4

Mau lihat photo-photo yang lain, klik tautan di bawah ini :

Terima kasih, semoga bisa menyenangkan dan bermanfaat bagi kita semua, amin.



Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus

Selasa, 07 Oktober 2014

Mendulang Monster di musim paceklik

Mendulang monster di musim paceklik

Musim kemarau menuju puncaknya pada bulan-bulan ini, tiap hari panas terik dan hampir tidak pernah kita jumpai awan mendung menggelayut di atas langit kota Sidoarjo. Sore hari angin bertiup keras membawa udara panas dari arah timur menuju ke barat, malamnya berganti hawa dingin yang terasa menusuk tulang dan persendian, hanya mereka yang punya stamina lebih saja yang tetap tampil untuk hunting percil malam hari di sawah-sawah. Itupun susahnya minta ampun, karena kebanyakan areal sawah tanahnya kering dan merekah-rekah kekurangan air, kodoknya pun lebih memilih tetap tinggal di lubang-lubang tanah daripada keluar dan harus kedinginan…..mungkin.

Percil susah, apalagi spot mancingnya……lebih susah lagi. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya tambak-tambak dikeringkan dan diklanthang (dibiarkan begitu saja tanpa air beberapa hari ) pada bulan 11 (Nopember), tahun ini tampaknya berbeda. Di beberapa daerah tambak-tambak sudah pada mulai dikeringkan dan diklanthang pada bulan-bulan ini. Itulah sebabnya mencari spot mancing saat ini susahnya juga minta ampun.

Kondisi yang demikian ini menyurutkan minat sebagian pemancing  untuk tetap hadir pada acara trip sehari-hari Mancing Kutuk Gabus. Beberapa kelompok maupun single fighter yang biasa tampil pada masa-masa subur mancing, mulai gantung stick dan hilang dari peredaran.

“ Pemutihan wajah ! “ kata beberapa orang.

Adalah Cak Dikin (Sodikin), dedengkot Mancing Kutuk Gabus yang paling kreatif, inovatif, dan tak pernah kehabisan ide untuk tetap memberikan support dan semangat kepada Mancing Kutuk Gabus, agar tetap eksis dan menggelinding terus meskipun saat ini adalah musim paceklik mancing, terutama untuk pemancing kutuk di medan tambak.

“ Kalau kita gantung stick pada saat seperti sekarang ini, itu keliru. Justru masa-masa begini inilah saatnya kita berburu monster, karena hampir semua tambak sudah siap panen, ikan-ikan peliharaannya sudah pada besar, demikian pula kutuknya ! “, kata Cak Dikin.

Berbekal keyakinan seperti itu Cak Dikin mengajak kami semua yang masih tetap semangat, untuk mencari spot-spot baru, termasuk napak tilas di lokasi-lokasi yang sudah lama tidak kami kunjungi.

Dan benar, berkali-kali monster kutuk berhasil dicatatkan oleh pemancing-pemancing yang tetap aktif dalam minggu ini, antara lain ;

01.  Cak Teguh, Sabtu 27 September 2014 menaikkan 2 monster  (monster kutuk 1,5 kg dan 1,3 kg) di Tambak Kedung Peluk.
02.   Cak Dikin, Sabtu 27 September 2014 menaikkan 1 monster kutuk 1,25 kg di Tambak Kedung Peluk.
03.  Anwar Kakak, Minggu 28 September 2014 menaikkan 1 monster kutuk 1,4 kg di Tambak Kedung Peluk.
04.   Cak Pri, Selasa 30 September 2014 menaikkan 1 monster kutuk 1,1 kg di Tambak Kedung Peluk.
05. Cak Kliwon, Rabu 1 Oktober 2014 menaikkan 1 super monster kutuk 2,95 kg di Tambak Kali Kalong.
06. Cak Dikin, Jum’at 3 Oktober 2014 menaikkan 2 monster (monster kutuk 1,3 kg dan 1,1 kg) di Tambak Kali Kalong.
07.   Cak Pendik, Jum’at 3 Oktober 2014 menaikkan 1 monster kutuk 1,1 kg di Tambak Kali Kalong.
08.   Cik Poo, Minggu 5 Oktober 2014 menaikkan 1 monster kutuk 2,0 kg di Tambak Kali Kalong.

Beberapa momen sensasional di atas sempat kami abadikan, dalam photo-photo di bawah ini;


Cak Kliwon strike monster 2,95 kg



Cak Dikin strike monster 1,3 kg



Cik Poo strike monster 2,0 kg




Jalon Tambak Kali Kalong, markasnya monster



Bagaimana teman, berapa lama lagi anda harus gantung stick ?


Bersambung

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus    


Kamis, 28 Agustus 2014

Mancing bersama Cak Pri

Mancing bersama Cak Pri (Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014)

“ Can you remember, remember my name………klik! “ saya segera mematikan lagu “ Perfect Stranger “ nya Deep Purple dari HP yang sengaja saya letakkan dekat sekali dengan telinga di samping bantal. SMS ini pasti dari Cak Pri, saya yakin karena kemarin saya memintanya untuk membangunkan saya pagi-pagi, lebih awal dari kebiasaan saya sehari-hari. Pagi itu saya sudah janjian untuk mancing bersama dengan dia di Tambak Prapat,  sudah lama saya tidak mancing bareng dengan Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014 ini.


Tambak Prapat di pagi hari

“ Aku berangkat duluan Kang, ketemu di lokasi saja ya “ SMS nya kepada saya.

Saya jawab singkat,” Ok Kang, thank ! “.

Tepat jam 5.00 pagi saya berangkat dari pintu rumah, jam 5.15 saya tiba di lokasi, gelap dan dinginnya udara pagi tidak mampu menghambat perjalanan saya karena saking terbiasanya saya kelayapan pagi-pagi di tambak. Apalagi musim kemarau begini jalanan di tambak relative mudah bagi saya, lain halnya kalau  musim hujan. Dari kejauhan saya sudah melihat Cak Pri mengayun-ayunkan joran pancingnya, casting di dekat pohon menghadap ke selatan.

“ Tarik Kang ! “, sapa saya kepada Cak Pri.

“ Tarik…..ha..ha…ha ! “ balas Cak Pri ramah.

“ Dapat berapa ? “, tanya saya.

“ Itu, dapat dua, segedhe jempol…ha..ha..ha..lumayan Kang ! “, jawabnya.

Berikutnya kami berdua mancing bersama sambil ngobrol ngalor-ngidul seputar mancing, terutama tentang lomba kemarin.

Cak Pri, Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014, yang punya nama asli Supriyadi ini memang ramah, supel, dan mudah akrab dengan siapapun. Seorang yang low profile, lebih suka mengalah, bisa ngemong, dan hampir tidak pernah serius, selalu kocak dan jenaka. Itulah sebabnya dia bisa akrab dengan semua rekan di Mancing Kutuk Gabus.


Cak Pri (Juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014)


“ Hadiah satu juta rupiah kemarin buat apa Kang ? “, tanya saya kepada Cak Pri.

“ Habis Kang......saya pakai tambahan buat beli freezer, saya sudah janji sama nyonyah, saya suruh doakan agar saya menang, eeeehhh…ndak tahunya bener Kang. Sudah lama dia minta saya belikan freezer untuk usaha sampingan, baru kemarin itu saya bisa,….yah…. Alhamdullillah dapat juara 1. “, jawab Cak Pri sambil cerita panjang lebar tentang keinginan isterinya untuk usaha sampingan.

“ Yah..syukurlah Kang, semuanya bisa jadi berkat, dan manfaat “, saya ikut terharu dan bersyukur dengan cerita Cak Pri.

Sebagian orang beranggapan, mancing adalah sekedar hoby, acara senang-senang untuk sekedar relaksasi dan refressing, untuk mengisi waktu luang, yang tentunya akan mengeluarkan biaya. Mancing adalah semacam acara anut grubyuk yang bisa membuat orang kecanduan, lalu berikutnya menyia-nyiakan waktu dan membikin orang jadi malas kerja. Bahkan ibu saya sendiripun pernah berkata demikian kepada saya, saat memberi nasehat kepada saya, karena tahu bahwa saya hoby berat mancing.

Untunglah yang demikian tidak terjadi di Mancing Kutuk Gabus, bahkan sebaliknya, mancing ternyata lebih dari sekedar senang-senang, dan ini telah diteladani dengan baik oleh Cak Pri, juara 1 Lomba Mancing Kutuk 2014.

“ Tarik Kaaaaang ! “, teriakan Cak Pri menyadarkan saya dari lamunan, suara wak wik joran kami yang sejenak tidak terdengar oleh telinga saya yang sedang larut dalam perenungan, tiba-tiba tergantikan oleh bunyi percikan air dan gejobak monster yang meronta-ronta saat fight dengan Cak Pri.

“ Uoooh…muantab kang…..muantab kaaang ! “, teriak saya berkali-kali menyemangati Cak Pri.

Seekor monster berhasil naik dengan sempurna di tangan Cak Pri, “ mantaaaaabbbbb ! “, teriaknya sambil meneteng monster tersebut di tangan kirinya.


Cak Pri strike monster, 27 Agustus 2014


“ Sampeyan memang pantas untuk juara kang….. mantab…mantab ! “, mulut ini tak sengaja terus memberi pujian kepada Cak Pri.

bersambung

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus






Jumat, 22 Agustus 2014

Memprediksi Juara

Lomba Mancing Kutuk - 2014


Tidak satupun orang di Mancing Kutuk Gabus yang berani memprediksikan, siapa yang bakal tampil nanti sebagai juara pada Lomba Mancing Kutuk 2014 yang akan diselenggarakan Minggu 24 Agustus 2014 jam 5.00 pagi, dua hari lagi nanti.

Sebagian besar orang masih trauma dengan hasil lomba yang pertama tahun lalu, semua tokoh-tokoh yang dijagokan bakal tampil sebagai juara justru galau pada saat lomba, saat itu. Mereka semua harus berdiri dan angkat topi, serta bertepuk tangan kepada Gus Salam (Drs. Salam Pratiknyo), yang tampil sebagai juara I, Lomba Mancing Kutuk yang perdana, awal September tahun lalu.


Gus Salam, Juara 1 Lomba Perdana (Th.2013)

Sebagian orang lagi beralasan, bahwa semenjak lomba yang perdana dulu diadakan, para pemancing semakin serius mempelajari berbagai hal tentang mancing kutuk dengan teknik casting umpan percil. Berbagai kelompok mancing bermunculan di komunitas Mancing Kutuk Gabus, dengan frekuensi trip yang tinggi dan kontinyu, tentu kini semakin mahir dan menguasai, teknik-teknik yang selama ini dipelajari, bahkan tidak tertutup kemungkinan menemukan jurus-jurus baru yang lebih efektif dan efisien. Tentunya juga memungkinkan untuk munculnya nama-nama baru yang selama ini tidak diperhitungkan oleh pemancing-pemancing kutuk yang lain (kelompok lain), karena tidak pernah trip bersama-sama.

Abah Didik (H.Didik) pemilik tambak di daerah Rangkah bagian utara, yang juga ahli dalam hal kutuk, sekaligus simpati terhadap komunitas ini, berpendapat, “ Semua pemancing memiliki kans yang sama untuk tampil sebagai juara, kemampuan mereka sudah bisa dibilang hampir sama dan rata-rata. Ibarat mata dadu yang dilemparkan, semua angka memiliki kemungkinan statistika yang sama “.

Cak Dikin, tokoh kawakan di Mancing Kutuk Gabus mengatakan, “ Sulit untuk memprediksi siapa yang bakal tampil sebagai juara tahun ini. Semuanya sudah pada faham dan mengenal betul dengan keberadaan kutuk, sekarang tergantung dengan kesabaran, ketekunan dan ketalatenan pada saat mengerjakannya “.

Cak Martin Bogank, dedengkot Mancing Kutuk Gabus yang pagi tadi membukukan lagi strike monster 1,15 kg di Tambak Kali Kebo, berani memberikan pendapat yang agak berbeda. “ Siapa yang bisa melempar jauh dan akurat, dengan menggunakan kenur yang kuat, punya kesempatan besar untuk bisa tampil sebagai juara. Masalahnya pada saat lomba, semua monster akan menjauh ke tengah-tengah tambak karena banyaknya pemancing yang mengelilingi tambak. “

Cak Martin Bogank, strike monster 1,15 kg

Cik Poo, yang pada lomba kali ini tidak bisa ikut menjadi peserta, karena kesibukannya di Madura, kami hubungi via telpon mengatakan demikian, “ Semua yang menjadi peserta lomba tentu berharap untuk tampil sebagai juara, sekarang semuanya tergantung nasib, yang penting jangan lupa komat-kamit dulu sebelum lomba, biar tidak ditempel terus sama Mak Jemblem…huoo…ho..ho..! “.

Gus Salam, juara 1 Lomba perdana tahun lalu hanya mesam-mesem saja ketika kami tanyai tentang lomba kali ini.

“ Bagaimana Gus, yakin bisa juara lagi tahun ini ? “, kami tanya demikian.

Jawab Gus Salam, “ Ha…haa..haa.. dari dulu saya tidak pernah punya target untuk jadi juara, bisa kumpul-kumpul dalam suasana yang rukun dan damai dengan teman-teman semuanya, saya sudah sangat senang. Yang penting saya hadir, terus saya juga menjadi peserta, dan saya…..terus…ngokkk !!!! …juara …..haa..ha..haaa. ! “.

“ Ha….ha…ha..ha…..! “ semua orang tertawa.

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus


  



Selasa, 19 Agustus 2014

Lomba Mancing Kutuk -2014

Para Peserta dan menjawab pertanyaan seputar Lomba

Sampai hari ini, kurang lebih 40 pemancing yang sudah bisa dipastikan ikut partisipasi dalam Lomba Mancing Kutuk -2014, tentunya jumlah ini akan terus berkembang seiring berjalannya waktu menuju hari H. Data ini kami peroleh dari Cak Sambun, salah seorang anggota Panitia yang bertugas di bagian pendaftaran. 

Beberapa nama-nama yang sudah tak asing lagi di telinga kita, mereka yang selama ini aktif di komunitas Mancing Kutuk Gabus, antara lain: Cak Pri, Anwar Kakak, Cak Kliwon, Klunthing, Koh Hwat, Erwin Bethik, Caca, Guk Lit, dan lain-lain sudah lebih dulu mendaftar.

Selain itu juga masuk dan mendaftar, beberapa nama-nama peserta yang kelihatannya masih baru bergabung di Mancing Kutuk Gabus, antara lain : Nero Anz, Anz Seven Yunior, Saipul, Sutris, dan masih banyak lagi untuk kami sebutkan satu persatu.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu kami berikan penjelasan secara tertulis di sini mengenai hal-hal seputar Lomba, yaitu :

1.      Mengapa Panitia mengharuskan dan hanya memperbolehkan untuk menggunakan percil (anak kodok) asli, sebagai umpan pada saat lomba.

Ada dua hal mendasar yang menjadi pertimbangan Panitia ketika memutuskan peraturan lomba pada point 2, pada selebaran yang telah dibagikan oleh Panitia Lomba.

Yang pertama, Lomba yang dipromotori oleh Abah Eric (Ery Prawardhana) ini, niat tulusnya adalah demi mempererat kerukunan dan tali persaudaraan antar sesama pemancing kutuk yang ada di komunitas Mancing Kutuk Gabus, yaitu mancing kutuk dengan teknik casting menggunakan umpan percil di lokasi tambak Sidoarjo dan sekitarnya. Satu point ini seharusnya sudah bisa menjadikan kita semua maklum.

Yang kedua, adalah demi keseragaman, yaitu demi menjunjung tinggi sportivitas. Kemampuan dan teknik memancing kutuk yang telah kita semua pelajari selama ini akan dibuktikan nanti dan sekaligus kita evaluasi bersama pada saat lomba. Evaluasi dan penilaian akan sangat tidak fair dan tentunya akan sangat sulit apabila masing-masing kita menggunakan umpan yang berbeda-beda sesuai keinginan kita masing-masing. Oleh karenanya mohon maaf apabila nanti Panitia akan menerapkan sangsi berupa diskualifikasi terhadap peserta yang tetap memaksakan diri menggunakan umpan selain percil (anak kodok).



2.      Mengapa Panitia sampai saat ini tidak mengumumkan lokasi tambak tempat diadakannya Lomba.




Adalah tugas berat Panitia untuk bisa menyediakan lokasi tambak yang mampu menampung kurang lebih 70 orang pemancing kutuk (jumlah anggota Mancing Kutuk Gabus sesuai data tahun 2013) yang bisa dan boleh bergerak secara bebas untuk memilih posisi spot masing-masing pada saat lomba. Tentunya Panitia akan menyediakan lokasi tambak dengan kondisi yang memungkinkan untuk itu, dan terlebih lagi tambak tersebut benar-benar fresh, ikan-ikannya (kutuk) tidak dalam kondisi bocok (tidak mau makan karena sering dipancing), selain itu juga memungkinkan untuk naiknya ikan-ikan kutuk dengan bobot monster (lebih dari 1 kg).

Ini adalah sebuah pelayanan yang telah diusahakan dan diperjuangkan secara ekstra oleh Panitia, diberikan dan dipersembahkan secara istimewa untuk kita semua, para peserta lomba.

Oleh karenanya marilah kita dukung, kita support, kita semangati, dan kita hormati bersama-sama, hal-hal yang sudah disepakati bersama, dan diputuskan oleh Panitia, agar Lomba Mancing Kutuk-2014 ini bisa sukses dan meriah, lebih dari Lomba yang pernah diadakan sebelumnya.

Salam Strike…… Mantaaaaaaab !

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus


Jumat, 15 Agustus 2014

Fotografi Pra Lomba

Mrs. Yellow Stone

Masih ada 9 hari buat para peserta lomba untuk mempersiapkan diri, sebelum tiba hari yang dinantikan oleh semua tokoh-tokoh kutuk, yaitu pada saat nanti Abah Eric meniup peluit, Minggu 05.00 pagi 24 Agustus 2014.

Untuk saya pribadi, rasanya tidak ada yang perlu saya persiapkan terlalu khusus menghadapi lomba, karena memang set peralatan mancing saya selalu siap setiap hari untuk menghadapi monster. Yang jadi persoalan adalah bahwa akhir-akhir ini trip saya seringkali galau, jangankan monster, omset yang kecil-kecil saja susahnya minta ampun.

Pagi itu saya sengaja bangun lebih awal daripada hari-hari sebelumnya, saya mau latihan melempar umpan, saya mau mencari tenggakan, saya mau mencari pangkatan, gapuran, dll. Pokoknya saya pingin omset pagi itu, syukur-syukur apabila bisa dapat monster, seperti yang saya angan-angankan malam harinya sebelum tidur.

Saya sengaja trip sendirian pagi itu, mencari lokasi tambak yang jauh, yang mungkin tidak akan ketemu pemancing-pemancing kutuk yang lain. Tanpa ada informasi sebelumnya mengenai lokasi tersebut, saya hanya mencari lokasi secara asal-asalan, pokoknya nanti ada tambak yang kelihatannya bagus sesuai feeling saya, akan saya coba. Toh nanti pada saat lomba, kami semua juga tidak akan tahu spot-spotnya, karena lokasi lomba baru diumumkan nanti tepat pada saat lomba. Anggap saja trip saya pagi itu adalah simulasi dari lomba itu sendiri, namun bedanya kali ini saya tidak ada saingan.

Nah…saya tiba di lokasi tambak (maaf tidak saya sebut tambak mana yang saya kunjungi, jelas nanti anda semua akan meluncur ke sana…ha..ha…ha…!), lalu singkat cerita saya mencari tempat untuk menaruh pantat dan mencabut peralatan saya.

Tambak itu tidak terlalu lebar, tetapi panjangnya tidak umum, panjang sekali. Airnya kelihatan bening bagus dengan ganggang-ganggang di tengah-tengahnya yang tertata rapi sepanjang tambak tersebut, dan di tempat ganggang-ganggang itu ada kolong-kolongnya yang dibatasi dengan bambu, saya hitung kurang lebih ada 18 kolong-kolong ganggang, “ wuih…jelas kutuk thok iki ! “ pikir saya dalam hati.

Matahari mulai muncul dari ufuk timur, pagi yang tadi gelap di tambak itu mulai sedikit terang. Air tambak yang tadi sepi senyap tanpa tanda-tanda kehidupan, mulai beriak-riak dan berkecopak oleh gerakan-gerakan ikan. Ada suara batuk-batuk dari dalam gubuk, mungkin penjaganya terbangun oleh suara wak wik joran saya ketika melempar umpan.

Benar juga, beberapa saat kemudian pintu gubuk berbunyi dibuka, seorang bapak yang berperawakan kecil dan kurus keluar dari gubuk sambil batuk-batuk. Rambutnya yang sedikit dan ubanan terlihat agak mengkilap oleh sinar matahari yang mulai terbit, ingin saya memotretnya, sebuah model photo yang klasik dalam pandangan saya, tapi saya urungkan, karena beliau segera menoleh kearah saya. Berikutnya tanpa menghiraukan saya, beliau berjalan ke arah tukuan dekat pohon-pohon pisang, lalu berjongkok di atas tukuan sambil menyalakan rokok. Saya yakin dia sedang membuang sesuatu di situ.

Satu jam berlalu, tak satupun lemparan saya menghasilkan gondholan, padahal sudah lima kali saya mengganti percil karena rusak dan terlepas, “ wah… alamat galau lagi hari  ini … “, pikir saya dalam hati. Kalau simulasi tanpa pesaing saja galau, bagaimana saya nanti menghadapi lomba, rasa was-was tiba-tiba muncul di benak saya, saya mulai hanyut dalam kekhawatiran, kesedihan. Motivasi saya adalah nanti bisa tampil sebagai juara. 

Memikirkan juara, saya jadi teringat Gus Salam, “ sialan benar Gus Salam, tanpa latihan rutin, jarang-jarang trip, cuma berbekal mesam-mesem thok sambil terkekeh-kekeh,..heh..heh…heh… bisa tampil menjadi juara pada lomba tahun lalu…benar-benar sialan itu orang ! “, saya mulai mengutuki Gus Salam dalam hati.

Seekor capung kuning hinggap di pucuk joran saya, yang  terdiamkan beberapa saat, tak sengaja lupa memainkannya, saat pikiran ini hanyut memikirkan Gus Salam. Rupanya capung kuning itu sengaja menyadarkan saya dari lamunan. Begitulah pemancing, sering ngelamun kalau terlalu lama tak ada gondholan.

Joran pancing saya pegang lagi dengan sadar, reel pancing saya gulung, dan capung itupun terkejut lalu terbang, rupanya dia juga sedang melamunkan sesuatu, “ aneh capung kok juga senang berlama-lama ngelamun ? “, saya ngoceh sendirian.

Aneh lagi ketika saya selesai melempar percil,  capung itu hinggap lagi di pucuk joran saya, mungkin pucuk joran ini adalah tempat yang pas untuk melamun, untuk permenungan, seperti halnya tukuan untuk bapak tadi, seperti halnya pojok-pojok tambak untuk saya,…haa..ha…ha.

Menjumpai yang aneh-aneh membangkitkan gairah saya untuk mengambil gambar, pikiran jelek tentang Gus Salam langsung sirna, stick pancing saya taruh perlahan-lahan di tanah, capung itupun terbang lagi, untungnya hinggap mendekati saya. Kamera saya keluarkan, saya set sebentar untuk khusus memotret capung (makro).



Mrs. Yellow Stone

Lima kali saya jepret di tempat pertama, dua jepretan saya hapus karena kabur, satu lagi saya hapus karena posenya tidak saya inginkan, satu gambar (gambar di atas) saya anggap cukup memuaskan, satu lagi dengan hasil gambar yang relative sama, saya simpan untuk cadangan.

Butuh waktu agak lama bagi saya untuk memilih-milih gambar capung dari kelima jepretan tadi, maklum usia, mata ini seharusnya pakai kacamata plus 125, tapi jarang saya pakai karena Lily tidak suka saya pakai kacamata, “ kayak orang cupu….culun punya ! “ katanya, tentang saya kalau sedang memakai kaca mata.

Lily adalah putri saya yang terakhir, teringat akan Lily sambil memilih-milih gambar capung memunculkan ide untuk memberikan sebuah nama kepada capung kuning tadi. Lily memang suka memberi nama kepada hewan-hewan yang dijumpainya. Kupu-kupu yang masuk ke rumah diberinya nama Elsa. Anak kucing yang lahir di bawah mobil saya, diberinya nama Ana. Tikus yang lengket di jebakan lem di dapur, diberinya nama Vavia. Kecoak yang terlentang dan menggeliat-geliat di kamar mandi karena insektisida yang saya semprotkan , diberinya nama Kamsa, dan masih banyak lagi nama-nama hasil imajinasinya. Untuk itu capung ini saya beri nama Mrs. Yellow Stone, sesuai imajinasi saya .

Mrs. Yellow Stone selesai pada sesi pemotretan yang pertama, dan kini dia menghendaki untuk pengambilan gambar di tempat lain.


Saya senang sekali photography, saya terus mempelajari dan melakukannya, di sela-sela kegiatan mancing saya, di rumah, di tempat kerja, dan dimana-mana ketika saya ingin melakukannya. Sayangnya saya tidak bisa bercerita dan berbagi banyak hal tentang photography, tidak seperti Pak Man di Tambak Bibis, yang bisa bercerita banyak dan detail tentang kutuk dan seluk-beluk kehidupannya. Ataupun Cak Martin Bogank, yang bisa menjelaskan secara terperinci cara memainkan umpan tikus-tikusan untuk mengelabui kutuk-kutuk yang sembunyi di tempat-tempat rungsep dan belukar. Sayang pada saat lomba nanti umpan tikus-tikusan tidak diperbolehkan, semua pemancing harus menggunakan umpan percil (anak kodok) asli, tidak peduli cari percil akhir-akhir ini susahnya minta ampun.

Saya tidak bisa membayangkan nanti Sabtu malam sebelum lomba, areal persawahan seperti Durung Beduk, Beduk Dowo, Modong, Sidodadi, Grinting, dan lain-lain akan semarak dengan kerlap-kerlip lampu senter oleh para Hunter percil. “ Kayak kemamang…hua…ha…ha…ha ! “, kata Abah Eric pada saat rapat.




Mrs. Yellow Stone beranjak ke tempat lain, saya terus mengikutinya dengan kamera, seperti layaknya seorang photographer beneran, atau seorang paparazzi, “ paparazzinya kepik…hua…haa..haa ! “, Kang Win pernah mengejek saya demikian.

Kang Win adalah salah seorang anggota Mancing Kutuk Gabus yang pernah menderita stroke sampai 2 kali, Alhamdullilah mendapat mujizat dari Tuhan, dan sembuh total hingga sekarang, terus aktif bersama Mancing Kutuk Gabus. Keahliannya dibidang percetakan dan printing, menjadikan tempat bagi saya untuk meminta saran dan pendapat ketika editing photo. Beliau sudah mempersiapkan diri jauh-jauh sebelum lomba dengan mengganti line senarnya, memborong beberapa ukuran mata kail dan membersihkan serta melumasi reelnya, begitu optimis untuk bisa tampil sebagai juara atas keberuntungan. “ Yang penting partisi-sapi, eh partisi-spasi hua..ha…ha.. ! “, teriaknya sambil tertawa ngakak.




Mrs. Yellow Stone tampak begitu anggun ketika mendongakkan kepalanya sedikit ke atas, imajinasi saya berkembang, mungkin dia sedang mengatakan, “ save dragonfly, selamatkan capung ! “. Tetapi selamatkan capung dari apa, tidak ada yang pernah berslogan demikian. 

Ada begitu buanyak komunitas capung di tambak, dan itu tidak akan terusik selama tambak-tambak tersebut masih ada. Kalau di luar negeri ada slogan, “ save penguin ! “, itu lebih beralasan, karena kehidupan penguin mulai terancam oleh limbah-limbah industry yang dibuang orang  ke laut.

Rasanya juga tidak beralasan kalau ada yang mengkhawatirkan bahwa suatu saat nanti di Sidoarjo pun akan ada, “ save kutuk ! “, atau akan ada slogan, “ stop hunting percil, save frog ! “. Alasannya karena akhir-akhir ini para pemburu kodok professional mulai kesulitan untuk mendapatkan yang besar, “ bagaimana bisa besar, kalau yang kecil-kecil pada diburu ? “, katanya. Kutuk juga makin langka, buktinya harganya kini melambung karena langka, kilahnya.

Jangan khawatir kawan, selama kita tidak melakukan kegiatan eksploitasi yang sangat berlebihan dengan penuh keserakahan, dengan cara manual dan tidak menggunakan peralatan atau metode yang bisa merusak lingkungan, alam akan terus bersahabat dengan kita. Alam akan ikut berbahagia, ketika kita semua berkumpul dan berbahagia, dan kita semua tahu batasan-batasannya.

Di tambak, kutuk-kutuk itu adalah hama, dan kita semua ini hanya mencari kutuk di dalam tambak, dan itu juga hanya dengan cara mancing, bukan dengan cara paksa yang lain. Kalau mereka tidak makan umpan kita, mereka juga tidak akan kena pancing, benarkan. Toh setiap kali tambak itu juga dipanen, dan tentunya kutuk-kutuk yang ada di situ akan dibersihkan sekalian pada saat panen. Jadi kalau demikian, adakah hubungan antara kelangkaan kutuk nanti dengan Mancing Kutuk Gabus ?

Lalu tentang kemungkinan terjadinya kelangkaan percil, percil itu bisa hidup dimana-mana mereka suka, sesuai dengan  cara hidupnya, habitatnya. Cobalah mencari mereka di tempat-tempat mereka biasa ada pada musim hujan, tetapi kita mencarinya pada saat kemarau, dan tanah-tanah tempat mereka itu kering, sulit kan, dimanakah mereka ? Tetapi kembalilah mencari di sana pada saat musim hujan, dan tanah-tanah itu mulai basah berair, kenapa jadi mudah, darimanakah mereka datang ?

Selain itu kita semua ini mencari percil dengan cara tebek (tangkap dengan tangan), hanya mereka yang tampak saja yang bisa kita ambil, itupun mereka yang diam saja pada saat kita tebek, yang gesit-gesit jelas tidak akan pernah kena tebek. Apalagi mereka yang terus menerus sembunyi di tempat-tempat yang sulit, di tengah-tengah padi, tebu-tebu, semak-semak misalnya. Mereka tetap hidup dan lestari sampai sesuatu terjadi atas mereka atas ijin Yang Maha Kuasa tentunya.

“ Dapat banyak pak, kutuknya ? “, tanya Pak Mu’in (penjaga tambak) menyadarkan saya dari lamunan.
“ Ohhh…Pak Mu’in… satupun tidak pak ! “, jawab saya setengah kaget dengan keberadaan Pak Mu’in yang tiba-tiba di samping saya.
“ Masak satu saja tidak bisa dapat pak, padahal pagi tadi nenggak-nenggak segitu banyak, mungkin  karena air banger ini barangkali, mereka sudah pada kenyang dengan udang-udang yang ngantang.”, kata Pak Mu’in.

Matahari mulai naik lebih tinggi, panasnya mulai terik menyengat pipi, saya ingin segera bergegas pulang, tetapi Mrs. Yellow Stone masih menunggu saya di sekitar itu, sepertinya menunggu untuk sesi pemotretan yang terakhir hari itu. Dan saya juga menunggu Pak Mu’in segera meninggalkan saya, supaya saya bisa lebih konsentrasi dengan Mrs. Yellow Stone tanpa gangguan Pak Mu’in di samping saya.




Entah mengapa saya paling suka dengan capung sebagai model photography saya, mungkin karena sifat predatornya, seperti halnya kutuk di tambak adalah predator yang saya sukai ketika mereka menyambar umpan yang saya mainkan. Selain itu juga karena raut muka dan ekspresi wajah capung yang bisa berubah-ubah, itu tampak sangat lucu, aneh dan menakjubkan menurut pandangan saya. 

Sama lucunya dengan Cak Pri yang suka tertawa lepas dengan bibirnya yang terbuka lebar, atau Cik Poo yang suka bicara ceplas-ceplos, tertawa terpingkal-pingkal hingga perutnya ikut naik turun dan harus dia pegangi saat tertawa.

Begitu ingat mereka berdua, tak sadar pikiranpun melayang-layang ke tokoh-tokoh Mancing Kutuk Gabus yang lain, Pakipunk, Aries Kontraktor, Dayat Kutuk, dan tokoh-tokoh lainnya, yang sudah lama absen dari trip,” apakah mereka sudah mendapat khabar tentang lomba  ? “ tanya saya dalam hati.

Tak sabar rasanya untuk segera bertemu dengan mereka semua itu pada saat lomba nanti, sambil beramah-tamah dan bernostalgia, sambil bersenda-gurau dan saling nggedabrus.

Memang benar, semua pemancing itu rata-rata suka nggedabrus, itu termasuk salah satu stereotip pemancing, terutama pemancing kutuk di Mancing Kutuk Gabus. Negatif kah ?

“ Uoooohhh.. tidak, biasanya orang yang nggedabrus itu,….belater….alias ramah dan mudah akrab. “ kata Cak Dikin.

Salam strike ……..mantaaaaab !

Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus
 









Selasa, 08 Juli 2014

Spot Mancing Kutuk

Yang terutama adalah “ Spot / Lokasi “


Spot / lokasi mancing kutuk


Mereka semua itu belum lulus, mereka semua kelihatan bisa karena selalu trip di lokasi yang bagus“ Ini adalah ucapan dari sang Maestro kutuk, Cak Martin Bogank, yang ditujukan kepada kami, beberapa tahun yang lalu, saat kita semua baru menekuni mancing kutuk dengan teknik casting umpan percil (anak katak). Ucapan itu membangkitkan semangat kami untuk terus maju dan lebih giat lagi mempelajari mancing kutuk sesuai teknik yang beliau ajarkan kepada kami, hingga akhirnya Cak Martin mau mengakui sendiri dan menyatakan lulus kepada kami, saat trip bersama di tambak Bendo.

Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan jumlah pemancing yang tergabung di Mancing Kutuk Gabus yang semakin banyak, lebih dari 75 orang (yang tercatat), akhirnya situasinya sekarang menjadi berbeda. Lokasi (spot) menjadi yang terutama sekarang, artinya, kalau dulu mencari lokasi adalah hal yang mudah, maka kemampuan mancing menjadi sebuah ukuran.  

Sekarang berbeda.  Kemampuan mancing, seperti mengkontrol umpan, akurasi lemparan, dll sudah bukan lagi menjadi ukuran, karena memang semuanya sudah rata-rata ahli dalam hal itu. Justru kemampuan mencari lokasi (spot) lah yang sekarang ini menjadi yang terutama. Siapa yang terus saja memiliki lokasi yang bagus pada saat trip, itulah yang terus mendulang sukses pada saat trip dan tidak mengalami galau.

“ Percuma kita pandai memainkan umpan, kalau yang kita kontrol sana-sini cuma air dan ganggang, percuma kita bisa melempar umpan jauh-jauh dan akurat, kalau yang kita lempari hanyalah bangeran (tumpukan rumput), akhirnya kalau lama nggak dapat malah kayak orang blo’on, haa..haa..haa ! , kata Cak Dikin sambil ngakak. 

Karena demikian sulitnya mencari spot yang bagus akhir-akhir ini, Cik Poo mengatakan, Kalau kita mau omset saat trip, kita harus menjadi manusia semak-semak ! “.


Cak Har, menjadi manusia semak demi monster


Artinya, kalau kita cuma trip di lokasi yang mudah dijangkau pemancing-pemancing lain, maka hasilnya kemungkinan besar galau, karena lokasi-lokasi tersebut tiap hari, pagi-sore, sudah diacak-acak pemancing-pemancing secara bergilir, kutuk-kutuknya ludes habis, kalau toh ada, pun kutuknya bocok (tidak mau makan).

Cak Dikin punya jurus tersendiri menghadapi situasi yang seperti ini, Mancing jangan seperti ayam angkrem (menetaskan telurnya), kalau sudah dapat satu lokasi, terus berhari-hari di satu lokasi itu saja, akhirnya kalau sudah habis bingung, tidak tahu mana-mana ! “.


Cak Dikin & Teguh, selalu omset.

Harus kita akui bersama, pemancing kita yang satu ini, memang paling lincah, hampir tidak pernah galau pada saat trip, dan sepertinya tidak pernah kehabisan spot. “ Itulah sebabnya mengapa Ryan Berkongkong terus lengket kayak perangko dengan Cak Dikin, huoo….hooo..ho ! “, kata Cik Poo sambil tertawa.

Apakah situasi seperti ini menyurutkan minat dan hasrat para tim pemburu kutuk di Mancing Kutuk Gabus ?

Oh tidaaaakkk ! Justru makin asyik, seperti main game yang harus menyelesaikan stage demi stage, hari demi hari.

Oleh:
Admin. Mancing Kutuk Gabus