Rabu, 28 Mei 2014

Kembali lagi ke Prasung - " Harinya Christian "

Kembali lagi ke Prasung
" Harinya Christian "


Christian penasaran dengan cerita rekan-rekan tentang tambak Prasung, lebih dari 25 kg kutuk berhasil kami naikkan setiap kali kita trip di sana. Trip pertama kami empat orang menaikkan lebih dari 25 kg, dan trip yang ke dua kemarin, kami 5 orang menaikkan kurang lebih sama dengan trip yang pertama.

“ Nggak ke Prasung lagi ta, sekarang ? “, katanya pagi itu di pos Sekawan Anggun sebelum berangkat mancing.
“ Ya sudah lembut, kena segitu banyaknya, tinggal sisa-sisa Christ ! “, Cak Dikin menjawab Christian.
“ Ndak apa-apa, aku cuma pingin tahu tempatnya. “, desak Christian lagi.
“ Ya  wis terserah kamu, ndak ikut Cak Dikin saja ta, Cak Dikin punya tempat baru lagi yang joss katanya ? “, bujuk saya kepada Christian.
“ Ke Prasung saja Cak Har, aku juga ikut, aku juga pingin tahu lokasinya ! “, kata Cak Kliwon, yang juga penasaran dengan cerita rekan-rekan di tim Mancing Kutuk Gabus.

Akhirnya kami bertiga, saya, Christian dan Cak Kliwon pagi itu berangkat ke Prasung, sedangkan Cak Dikin dan Ryan Berkongkong tetap dengan rencana mereka semula.

Di tengah perjalanan, kami berhenti sejenak di warung untuk membeli oleh-oleh buat Pak Yadi, 4 bungkus rokok,  kopi bubuk dan gula pasir. Kami sengaja tidak lewat jalan raya, tetapi mencoba jalan pintas lewat tambak Singkil.

Setibanya di lokasi, saya sengaja ngobrol dulu agak lama dengan Pak Yadi dan tidak langsung mancing, sengaja membiarkan Christian dan Cak Kliwon untuk mencari spot terlebih dahulu, saya ingin tahu apakah mereka berdua masih bisa menemukan spot bagus di tempat itu, karena ini adalah trip kami yang ke tiga di tambak tersebut.

Seperti kita ketahui bersama, salah satu hal yang membedakan antara para pemancing baru dan pemancing senior di tim Mancing Kutuk Gabus adalah dalam hal kemampuan mereka untuk mencari spot mancing, yaitu kemampuan mereka untuk mendeteksi gerakan-gerakan kutuk di dalam tambak. Semua orang di tim Mancing Kutuk Gabus bisa mancing, tetapi tidak semua pemancing bisa mencari sendiri spot yang bagus untuk mancing, hanya para senior dan beberapa junior tertentu yang punya kemampuan lebih untuk mendeteksi gerakan-gerakan kutuk di dalam air. Mereka berdua ini termasuk pemancing lama di tim Mancing Kutuk Gabus, saya tetap yakin mereka berdua akan menemukan spot mereka sendiri-sendiri di tambak itu, meskipun ini sudah trip yang ketiga, bagi saya terutama, di tempat itu.

Lagi-lagi Christian memang luar biasa, 17 ekor kutuk, satu diantaranya monster 1,2 kg berhasil masuk ke dalam kepisnya, kurang lebih 5 kiloan kalau ditimbang.


Christian di Tambak Prasung

“ Siapa bilang cuma tinggal sisa-sisa ? “, katanya sambil tertawa bangga.


Christian dan kutuk-kutuk perolehannya di Tambak Prasung

Cak Kliwon dan saya hampir sama, menaikkan beberapa ekor, kurang lebih masing-masing 3 kiloan kalau di timbang.
“ Wah wah wah, harinya Christian rupanya, kamu mancing di sebelah mana Christian ? “, tanya Cak Kliwon.
“ Paginya di sekitaran glagah-glagah, terus matahari naik pindah nyari tempat yang teduh ke pohon-pohon bamboo itu ! “, jawab Christian.
“ Jaaagooaaan ! “, jawab Cak Kliwon sambil tertawa.

Oleh:

Admin. Mancing Kutuk Gabus

Jumat, 23 Mei 2014

Kembali ke Prasung - Trip keberuntungan

Kembali ke Prasung
 Trip keberuntungan


Tambak di daerah Prasung - Sidoarjo.


Pagi masih terlalu gelap ketika kami berempat tiba di Prasung, Ryan Berkongkong yang sudah tidak sabar ingin segera masuk ke lokasi tambak, terus saja di depan dan jauh meninggalkan kami di belakang, untung saja berhenti sejenak sebelum menyeberang jembatan.
“ Cepetan Cak ! “, katanya kepada kami.
“ Sabar kong, ini masih terlalu gelap, percuma, ndak bisa lihat tenggakan ! “, jawab Cak Dikin.
“ Yang penting nyampek dulu, nanti kita bisa leyeh-leyeh di sana, ayo ! “, ajak Ryan berkongkong.
“ Ayo beli kopi dulu ke warung itu, sambil nunggu agak terang sedikit, baru kita masuk ! “ jawab Cak Dikin lagi.

Sepakat, lalu kami ke warung di sekitar itu, hanya satu warung itu saja yang buka pagi itu. Kami pesan kopi dibungkus 4 bh, lalu juga beberapa macam goreng-gorengan untuk bekal di tambak. Beberapa saat kemudian ada seorang lelaki tua berhenti juga di warung itu untuk membeli goreng-gorengan, rupanya untuk bekal juga ke tambak.
“ Mau mancing ke mana kok pagi-pagi sekali sudah berangkat ? “, tanya beliau kepada kami.
“ Masih belum tahu Pak, ini masih mau nyari lokasi. Barangkali Bapak pernah tahu, tambak mana ya Pak, yang banyak kutuknya ? “, jawab saya sekaligus tanya.
 “ Lho sampeyan ini mau mancing kutuk toh, pakai umpan apa ? “, tanya beliau lagi.
 “ Pakai percil Pak ! “, hampir serempak menjawab.
“ Ohhh, kalau gitu ikut saya, monggo mancing ke tambak saya saja ! “, ajak beliau kepada kami, mantab dan meyakinkan.

Singkat cerita akhirnya kami berempat, saya , Cak Dikin, Ryan Berkongkong, dan Ryan Kacong membatalkan rencana kami semula yang hendak trip kembali ke lokasi lama sesuai rencana kami malam sebelumnya, lalu mengikuti Pak Yadi (bapak tua tersebut) ke tambaknya.

Tambak-tambak di daerah Prasung memang luar biasa, hampir semua tambak banyak sekali kutuknya. Di tengah-tengah perjalanan menuju ke tambaknya Pak Yadi saja, berkali-kali kami digiurkan oleh bunyi tenggakan di sana-sini, dan berkali-kali pula kami memaksa Ryan Kacong untuk terus saja jalan dan jangan tergiur oleh tenggakan, supaya kita bisa segera sampai ke lokasi yang kita tuju.


Matahari terbit, di potret dari belakang gubug Pak Yadi


“ Wis, monggo sampeyan mancing, silahkan cari sendiri, habis-habiskan kutuknya, malah senang saya ! “, kata Pak Yadi setibanya di lokasi.

Tanpa membuang waktu kami segera berpencar mencari spot sendiri-sendiri, saya menaruh pantat di tukuan belakang gubug menghadap ke utara, mencoba eksplorasi di sekitar kolong-kolong tambak. Cak Dikin seperti biasa langsung lenyap entah ke mana, siangnya kami baru tahu bahwa dia menemukan spot di sekitar pohon-pohon bambu, menghadap ke barat. Ryan berkongkong mengikuti jejak Cak Dikin, tetapi berhenti di tempat yang ditanami sayur oleh Pak Yadi, casting di sekitar gelagah-gelagah (rumput-rumput tinggi yang tumbuh di tengah tambak). Ryan Kacong pertama casting berhadap-hadapan dengan saya, tetapi berikutnya berkali-kali pindah ke lokasi lain, mengikuti tenggakan-tenggakan.

Hasilnya luar biasa, semuanya dapat omset yang hampir sama banyaknya, tak ada satupun pemancing yang galau saat itu.

“ Muantab hari ini ya, saya lempar ke mana saja nggondhol ! “, kata Ryan Kacong.
“ Uohh muantab, sayang sekali saya banyak yang gagal Cak, saya malah banyak yang gagal dari pada yang kena. “, kata Ryan Berkongkong.



Ryan Berkongkong memperlihatkan kutuk-kutuknya

Cak Harijanto dan kutuk-kutuknya

“ Coba kalau kita tadi tidak mampir dulu ke warung, bablas terus ngikuti kamu ? “, kata Cak Dikin kepada Ryan Berkongkong.
“ Besok ke sini lagi ta ? “, ajak Ryan.
“ Jangan besok lah, sungkan sama Pak Yadi, masak tiap hari, Minggu saja kita ke sini lagi. “, saran saya.
“ Ya wis, Minggu ya ? “.
“ Okey….. ha…ha..ha ! “, kami semua tertawa senang.

Oleh:
Admin. Mancing Kutuk Gabus.


Selasa, 13 Mei 2014

Capung - Belajar Fotografi di Tambak.

Capung (Dragonfly)


Capung (Dragonfly)


Capung (Dragonfly) bahasa latinnya Subordo Anisoptera, dan masih banyak lagi sebutan untuknya antara lain; kinjeng (Bojonegoro), kotrik (Surabaya), caduk (Sidoarjo), gantrung, dan lain-lain, adalah serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata.





Capung adalah serangga yang paling mudah kita temukan di tambak, karena memang disinilah habitatnya. Sebelum mengalami metamorphosis menjadi capung dewasa, mereka hidup sebagai predator kecil di dasar air, yaitu tempayak dan nimfa, dan  bernapas menggunakan insang. Itulah sebabnya mengapa ada begitu banyak capung di sekitar tambak.



Capung merah (Red dragonfly)


Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas                : Insecta
Ordo                : Odonata
Upaordo          : Epiprocta
Infraordo         : Anisoptera


Hal yang menarik dari capung sebagai model photography adalah ekspresi dari raut mukanya yang bisa berbeda-beda, kadang tampak tersenyum bahkan tertawa, kadang tampak diam dan tertunduk lesu, kadang bisa juga tampak marah, buas dan mengerikan.  


Lady in red, is smiling to you.


Semua photo-photo capung ini kami shoot pada saat acara mancing kutuk bersama rekan-rekan Mancing Kutuk Gabus, di lokasi tambak.
Mau lihat photo-photo Mancing Kutuk Gabus yang lain, silahkan klik tautan di bawah ini :



Terima kasih atas kunjungan Anda. Salam !

Oleh:
Admin. Mancing Kutuk Gabus.

Sumber bacaan:



Kamis, 01 Mei 2014

Christian, di Tambak Barangan

Christian di Tambak Barangan



Kamis, 01 Mei 2014, trip pagi ini terasa istimewa bagi saya, karena come backnya lagi Christian, setelah setahun lebih gantung stick. Rencana semula kami akan trip gabung dengan Sodikin, Ryan Berkongkong dan Kang Win ke tambak di daerah Prasung, namun karena bangun terlambat akhirnya saya memutuskan untuk tidak menyusul mereka ke Prasung, lalu cari lokasi yang dekat-dekat saja biar tetap bisa lihat tenggakan untuk memilih posisi spot. Kesiangan sedikit tenggakan-tenggakan kutuk biasanya agak reda, jadi lebih sulit untuk mencari keberadaan kutuk di tambak.


Seperti yang pernah saya katakan, ibarat orang yang belajar naik sepeda, atau orang yang belajar berenang, sekali bisa akan selalu bisa, dan tak akan pernah lupa. Begitu juga mancing kutuk dengan teknik casting umpan percil, siapapun orangnya yang pernah belajar lalu bisa, akan seterusnya bisa dan tak akan pernah lupa caranya. Dan ini dibuktikan oleh Christian pagi ini pada trip perdananya di Tambak Barangan.



Christian, strike di Tambak Barangan



Tambak Barangan - Sidoarjo


“ Dapat berapa Christian ? “, tanya seorang pemancing dari Surabaya, Mas Rudy Kurniawan.

“ Lima ! “, jawab Christian.


“ Wah Mantaaaab ! “, puji Mas Rudy Kurniawan. 


Oleh :
Admin. Mancing Kutuk Gabus